Menteri luar negeri Lesotho merasa terkejut dan terhina oleh pernyataan Donald Trump. Penyebabnya Presiden AS itu mengatakan tidak seorang pun pernah mendengar tentang negara Afrika itu, dan mengundangnya untuk datang berkunjung.
Trump menyebut Lesotho dalam pidatonya di Kongres AS pada Selasa malam sambil menyebutkan beberapa pengeluaran luar negeri yang telah ia potong sebagai "pemborosan yang mengerikan".
"Delapan juta dolar untuk mempromosikan LGBTQI+ di negara Afrika Lesotho, yang tidak pernah didengar oleh siapa pun," kata Trump, yang mengundang tawa di Kongres.
Menteri luar negeri Lesotho, Lejone Mpotjoane, mengatakan pernyataan itu "sangat menghina".
"Saya benar-benar terkejut bahwa negara saya dapat disebut seperti itu oleh kepala negara," katanya kepada Reuters.
Lesotho, negara pegunungan berpenduduk sekitar dua juta orang yang dikelilingi oleh Afrika Selatan, memiliki ketinggian rata-rata tertinggi di antara negara mana pun dan terkadang disebut Kerajaan di Langit.
"Lesotho adalah negara yang sangat penting dan unik di seluruh dunia. Saya akan dengan senang hati mengundang presiden, serta seluruh dunia untuk datang ke Lesotho," kata Mpotjoane.
Ia mengatakan beberapa organisasi masyarakat sipil yang didanai oleh Kedutaan Besar AS di Lesotho memang bekerja untuk mendukung komunitas LGBT+, tetapi Amerika Serikat juga menyediakan dana penting untuk sektor kesehatan dan pertanian negara tersebut.
Pemerintahan Trump telah memangkas miliaran dolar dalam bantuan luar negeri di seluruh dunia karena berupaya menyelaraskan pengeluaran dengan kebijakan "America First" Trump.
Mpotjoane mengatakan Lesotho merasakan dampaknya karena sektor kesehatan telah bergantung pada bantuan tersebut selama beberapa waktu, tetapi pemerintah sedang mencari cara untuk menjadi lebih mandiri.
"Keputusan presiden untuk memangkas bantuan... adalah hak prerogatifnya untuk melakukan itu," kata Mpotjoane. "Kita harus menerimanya. Tetapi menyebut negara saya seperti itu, sungguh disayangkan."(reuters,asiaone)