close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Yahya Sinwar. Foto: Daily News Egypt
icon caption
Yahya Sinwar. Foto: Daily News Egypt
Peristiwa
Rabu, 07 Agustus 2024 07:11

Yahya Sinwar gantikan Haniyeh, Hamas bakal lebih garang?

Penunjukan Sinwar sebagai kepala baru Hamas terjadi kurang dari seminggu setelah Haniyeh terbunuh di Teheran.
swipe

Gerakan perlawanan Palestina Hamas menunjuk kepala Jalur Gaza Yahya Sinwar sebagai pemimpin politik barunya pada hari Selasa. Ia menggantikan pendahulunya Ismail Haniyeh terbunuh di Teheran minggu lalu yang menyebabkan ketegangan regional meningkat.

"Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengumumkan pemilihan pemimpin Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik gerakan tersebut," kata pernyataan dari kelompok tersebut.

Penunjukan Sinwar sebagai kepala baru Hamas terjadi kurang dari seminggu setelah Haniyeh terbunuh di Teheran.

Iran dan Hamas menyalahkan Israel atas pembunuhannya. Israel menolak berkomentar tentang pembunuhan tersebut.

Seorang pejabat senior Hamas mengatakan bahwa dengan memilih Sinwar, kelompok tersebut mengirimkan "pesan yang kuat kepada pendudukan (Israel) bahwa Hamas melanjutkan jalur perlawanannya".

Pejabat tersebut menambahkan dengan syarat anonim bahwa "pembunuhan Haniyeh, yang percaya pada tercapainya kesepakatan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan, membuat Hamas memilih seorang pemimpin yang mengelola pertempuran dan perlawanan terhadap musuh".

Seorang anggota badan pembuat keputusan Dewan Syura Hamas mengatakan kepada AFP bahwa pembunuhan Haniyeh "tidak akan menghentikan perlawanan, dan gerakan tersebut akan tetap kuat dan kohesif dengan Sinwar sebagai pemimpinnya, mengelola konfrontasi dengan pendudukan".

Brigade Al Qassam, sayap bersenjata Hamas langsung meluncurkan serangan roket dari Gaza ke wilayah Israel pada Selasa malam. AFP menyebut serangan itu dilakukan hanya beberapa menit usai Hamas mengumumkan Yahya Sinwar sebagai pengganti Haniyeh di posisi pemimpin biro politik Hamas.

Sementara itu, Israel langsung merespons penunjukan Yahya Sinwar dengan ancaman keras.

"Pengangkatan teroris ulung Yahya Sinwar sebagai pemimpin baru Hamas, menggantikan Ismail Haniyeh, merupakan alasan kuat lainnya untuk segera menyingkirkannya dan menghapus organisasi terkutuk ini dari muka bumi," kata Menteri Luar Negeri Israel Katz pernyataan di media sosial X pada Rabu (7/8).

Para analis mengatakan bahwa pengangkatan Sinwar, yang tidak banyak terlihat sejak serangan 7 Oktober, merupakan indikator posisi sentral yang diduduki Gaza dalam visi politik kelompok tersebut.

“Ia [Sinwar] telah melejit ke posisi yang berpengaruh di Hamas, memimpinnya di Gaza. Pilihan Hamas untuk mengangkatnya sebagai pemimpin gerakan kini menempatkan Gaza di garis depan, bukan hanya di tengah-tengah kejadian di lapangan, tetapi juga dinamika gerakan Hamas,” kata Nour Odeh, analis politik Palestina yang berbasis di Ramallah, kepada Al Jazeera.

“Dan itu benar-benar mengirimkan sinyal, sejauh menyangkut negosiasi gencatan senjata, bahwa Gaza yang memegang kendali.”

Hizbullah menyambut baik penunjukan Sinwar pada Selasa malam, menyebutnya sebagai pesan yang kuat kepada Israel dan Amerika Serikat, dan menunjukkan bahwa Hamas bersatu dalam pengambilan keputusannya.

“Memilih saudara Yahya Sinwar dari jantung Jalur Gaza yang terkepung – yang hadir di garis depan bersama para pejuang perlawanan dan di antara anak-anak rakyatnya, di bawah reruntuhan, blokade, pembunuhan, dan kelaparan – menegaskan kembali bahwa tujuan yang dicari musuh dengan membunuh para pemimpin telah gagal,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

Siapa Sinwar?

Sinwar lahir di kamp pengungsian Gaza, sebelah selatan Khan Younis, dan merupakan mantan kepala aparat keamanan Al-Majd, yang bertugas melenyapkan warga Palestina yang diduga bekerja sama dengan Israel. Ia menjadi pemimpin Hamas di Jalur Gaza pada tahun 2017.

Sinwar adalah salah satu dari beberapa pemimpin Hamas yang diminta surat perintah penangkapannya oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas tuduhan kejahatan perang yang dilakukan pada tanggal 7 Oktober.

Surat perintah juga diminta untuk beberapa pemimpin Israel, termasuk Netanyahu dan kepala pertahanan Israel Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang di Gaza.

Namun, terlepas dari janji Israel untuk melenyapkan Hamas, dan kampanye militer yang termasuk di antara yang paling merusak dalam sejarah modern, kelompok bersenjata Palestina tersebut terus bertahan melawan pasukan Israel di Gaza.

Sinwar yang juga berhasil menghindari penangkapan oleh Israel, meskipun Gallant menyatakan bahwa Sinwar hidup "dengan waktu pinjaman" setelah 7 Oktober.

"Saya pikir fokus pada Gaza, dan fokus pada Sinwar, merupakan sinyal perlawanan yang besar," kata analis politik senior Al Jazeera, Marwan Bishara.

Pengangkatan Sinwar juga dikhawatirkan menjadi penghalang baru bagi pembicaraan damai karena ia dikenal sebagai sosok yang mengedepankan pendekatan yang lebih keras terhadap Israel dibandingkan dengan Haniyeh yang relatif lebih cair dalam berdialog. (aljazeera,gulf-times,afp)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan