close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan). /Foto Instagram @prabowo
icon caption
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan). /Foto Instagram @prabowo
Politik
Kamis, 27 Juni 2024 12:00

Adu kuat efek Jokowi dan efek Prabowo di Pilkada 2024

Di Jawa Tengah, keampuhan efek Jokowi dan efek Prabowo bakal diuji.
swipe

Pengaruh Presiden Joko Widodo (Jokowi) diyakini bakal memudar di Pilkada Serentak 2024. Sebagai gantinya, para kandidat di pentas pilkada bakal "mengerubungi" Presiden RI terpilih Prabowo Subianto. Restu dan dukungan Prabowo dianggap bakal lebih ampuh mendongkrak elektabilitas kandidat. 

Digelar pada periode 27 Mei hingga 2 Juni 2024, hasil survei litbang Kompas menemukan sebanyak 54,3% masyarakat masih mempertimbangkan calon yang memiliki hubungan dengan dengan Jokowi. Pada sigi yang sama, tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi-Amin mencapai 75,6%. 

Analis politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat menilai pengaruh Prabowo akan lebih nyata di pentas Pilkada 2024. Pasalnya, saat pilkada serentak digelar pada November 2024, Jokowi sudah tak lagi menjabat sebagai presiden. 

"Ketika Prabowo berkuasa, dia akan memiliki akses langsung terhadap sumber daya kekuasan dan juga pengaruh politik terhadap sekitarnya. Ini memberi keuntungan bagi kandidat yang dia dukung saat Pilkada 2024," ucap Cecep kepada Alinea.id, Selasa (25/6).

Menurut Cecep, Prabowo akan mendorong dan mendukung orang kepercayaannya memenangkan pilkada di daerah-daerah strategis. Prabowo berkepentingan menaruh orang kepercayaannya sebagai kepala daerah untuk menyukseskan progam andalan yang ia tawarkan, yakni program makan siang dan susu gratis.

"Yang lain terkait kebijakan dan program. Tentu program dan kebijakan baru di era Prabowo ini bisa meningkatkan dan memberikan popularitas dan keuntungan bagi kader yang sesuai dengan visinya. Nanti kan ada program makan bergizi gratis. Prabowo akan butuh orang-orang yang mendukung visinya," ucap Cecep. 

Meski begitu, menurut Cecep, efek Jokowi juga bakal tetap diperhitungkan para kandidat di pilkada. Meski tak lagi menjabat sebagai presiden saat pilkada serentak digelar, Jokowi juga punya warisan kinerja yang bisa "dieksploitasi" kandidat dan jaringan relawan yang bisa diarahkan untuk memobilisasi dukungan. 

"Akan masih ada orang-orang yang masih mendukung pengaruh Jokowi. Kedua, networking. Saya kira pada tataran nasional dan daerah itu tentu Jokowi masih memiliki jaringan yang luas, baik di pusat atau daerah. Jadi, Pilkada 2024 akan menjadi ajang adu pengaruh Jokowi dan Prabowo," ucap Cecep.

Saat ini, sejumlah kerabat dan orang dekat Jokowi bakal turun ke gelanggang pilkada. Di Pilgub Sumatera Utara, misalnya, Bobby Nasution, menantu Jokowi hampir pasti diusung maju jadi kandidat. Bobby sudah mengantongi tiket dari Gerindra. 

Di Pilgub Jawa Tengah, Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi disiapkan untuk maju. Lutfi ialah orang dekat Jokowi. PAN, Demokrat, Golkar, dan sejumlah parpol lainnya tertarik mengusung Luthfi. Berbeda, Gerindra bakal mengusung Ketua DPD Gerindra Jateng Sudaryono sebagai kandidat. 

Analis politik dari Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) Ahmad Chumaedy sependapat ajang pilkada serentak bakal jadi ajang adu pengaruh antara Prabowo dan Jokowi. Menurut dia, pengaruh Jokowi masih akan sangat kuat di pilkada di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. 

"Sedangkan Prabowo Subianto juga memiliki basis pendukung yang solid, terutama di daerah-daerah, seperti Jawa Barat dan Sumatera Barat. Namun, popularitas Prabowo mungkin tidak sekuat Jokowi di beberapa wilayah tertentu," ucap Memed, sapaan akrab Chumaedy, kepada Alinea.id, Selasa (25/6).

Jokowi, kata Memed, punya keuntungan lantaran kepuasan publik terhadap pemerintahannya sangat tinggi. Warisan itu bisa jadi modal untuk pencitraan bagi kandidat-kandidat yang di-endorse Jokowi. Sayangnya, Jokowi hingga kini belum memiliki partai politik. 

"Kemungkinan Prabowo effect menggeser Jokowi effect di Pilkada 2024 bergantung pada banyak faktor, termasuk popularitas dan basis pendukung masing-masing, dukungan dari partai politik, kinerja pemerintah, isu-isu kontemporer, dan strategi kampanye," ujar Memed.

Dinamika politik setelah Jokowi lengser pada Oktober 2024, menurut Memed, akan menentukan seberapa besar pengaruh kedua tokoh politik itu di Pilkada Serentak 2024. Jokowi kemungkinan bakal bisa mempertahankan pengaruhnya sebagai "king maker" jika aktif terlibat di dunia politik praktis. 

Di lain sisi, Prabowo bisa menggeser dominasi Jokowi jika sukses membangun kabinet yang solid, mengokohkan koalisi, dan mengeksekusi program-program yang dijanjikan selama masa kampanye Pilpres 2024. "Perkembangan situasi politik menjelang pilkada akan sangat menentukan siapa yang lebih dominan," imbuhnya.

 

Artikel ini ditulis oleh :

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor
Bagikan :
×
cari
bagikan