close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Diskusi
icon caption
Diskusi
Politik
Rabu, 08 Agustus 2018 19:08

Alumni Presidium 212 sebut hasil ijtima ulama pesanan partai

Hasil ijtima ulama berbeda dengan hasil Rakornas PA 212.
swipe

Ketum Alumni Presidium 212, Aminuddin, mengaku kecewa dengan hasil ijtima ulama yang mengeluarkan rekomendasi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) di Hotel Peninsula pada hari minggu (29/7) lalu.

Menurut Aminuddin, rekomendasi yang dikeluarkan tidak menindaklanjuti hasil Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) PA 212 di Jakarta Timur pada bulan Mei lalu.

"Di sana (Rakornas) baik capres maupun cawapresnya banyak, tapi ijtima tidak mengakomodir hasil Rakornas kemarin.  Kenapa keputusannya berbeda, padahal yang hadir orangnya itu-itu saja. Kenapa (hasil ijtima ulama) tidak memperkuat hasil Rakornas," kata Aminuddin dalam diskusi "Ijtima Ulama: Politik Agama atau Politisasi Agama?" di Jakarta, Rabu (8/8).

Dalam kesempatan tersebut, Aminuddin memuji Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra, yang menurutnya merupakan tokoh hebat. Menurutnya, saat berpidato di Peninsula, Yusril mengalahkan argumen maupun retorika semua yang hadir saat itu. Nama Yusril juga turut direkomendasikan dalam Rakornas PA 212 sebagai Capres. 

"Tapi dalam ijtima, namanya tidak ada. Ini ijtima titipan siapa sebenarnya?," ucapnya menegaskan. 

Aminuddin pun menyatakan, hasil rekomendasi ijtima ulama tidak harus diikuti. Terlebih, partai politik memiliki mekanisme tersendiri.

"Jangan sampai rekomendasi atau ijtima ulama yang mendikte seolah-olah hasil ijtima harus dilakukan, padahal ijtima itu kan sebatas rekomendasi," katanya. 

Anggota Dewan Penasehat Persaudaraan Alumni (PA) 212 Eggie Sudjana, menyatakan bahwa ijtima ulama tidak sesuai dengan hasil Rakornas 212.

"Dalam konteks isi ijtima ulama saya sepakat dengan Aminuddin, di sisi pengorganisasian, bahwa harusnya menindaklanjuti hasil Rakornas Persaudaraan Alumni 212," katanya. 

Hanya saja, konteks Ijtima pada akhirnya berbeda dengan hasil Rakornas karena ada fatwa yang langsung diberikan oleh Habib Rizieq Shihab (HRS) melalui teleconference. 

"Dalam teleconference, HRS menyampaikan secara langsung, bahwa cawapresnya adalah Salim Segaf, tapi para peserta ijtima ingin munculkan fenomena hadirnya UAS (Ustaz Abdul Somad)," katanya. 

Pertimbangan UAS sebagai cawapres, melihat jumlah pengikutnya yang mencapai lebih dari 100 juta. Selain itu, UAS dianggap sebagai kandidat yang potensial karena setiap kegiatan yang dia lakukan selalu menyita antusiasme yang besar dari masyarakat. Selain itu, UAS juga dianggap bisa merebut suara generasi milenial.

img
Robi Ardianto
Reporter
img
Gema Trisna Yudha
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan