Anggota Komisi IX DPR, Nurhadi, meminta semua pihak harus waspada dan mengantisipasi gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA). Pasalnya, kasus gagal ginjal akut menimpa anak-anak masih menjadi pekerjaan rumah besar bersama.
Hal ini disampaikan Nurhadi merespon laporan Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta yang menyebutkan ada satu anak meninggal dunia dan satu anak lainnya masih dirawat karena GGAPA di wilayah Jakarta Timur.
"Kemunculan kembali korban gagal ginjal akut pada anak menunjukkan kepada kita bahwa kasus ini belum selesai diatasi dan diantisipasi oleh pemerintah," kata Nurhadi kepada wartawan, Senin (6/1).
Kejadian di Jakarta ini, menurut politikus NasDem tersebut, harus menjadi telaah dan pelajaran yang berharga bagi pemerintah terutama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan BPOM apakah penyebab utama kasus ini sama seperti yang dahulu, yaitu karena obat sirup anakdengan kandungan ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), dan ethylene glycol butyl ether (EGBE) berlebih.
"Pemerintah harus segera mengambil langkah yang cepat untuk mengumumkan kepada publik mengenai penyebab kasus gagal ginjal akut yang kembali terjadi dan memberikan himbauan mengenai larangan-larangan yang harus dilakukan oleh orang tua agar anaknya tidak menjadi korban gagal ginjal akut," ujarnya.
Dinkes DKI Jakarta sebelumnya menyatakan telah menemukan adanya temuan baru dua kasus gagal ginjal akut pada anak berusia tiga belas bulan dan tujuh tahun. Bahkan, satu dari dua pasien gagal ginjal yang masih berusia tiga belas bulan meninggal dunia usai mengonsumsi obat sirop penurun demam bermerek Praxion. Sementara, satu pasien lainnya masih menjalani perawatan di rumah sakit.