close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Foto Tangkapan layar video Anji dalam suatu wawancara dengan Ariel Noah/YouTube.
icon caption
Foto Tangkapan layar video Anji dalam suatu wawancara dengan Ariel Noah/YouTube.
Politik
Selasa, 04 Agustus 2020 12:37

Anji dan aneka blunder yang harus dipertanggungjawabkan

Kasus yang menimpa Anji bisa menjadi pelajaran sebagai influencer.
swipe

Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo merespons kontroversi wawancara musikus Erdian Aji Prihartanto alias Anji dengan narasumbernya, Hadi Pranoto, yang mengklaim sebagai profesor mikrobiologi dan telah menemukan antibodi Covid-19.

Menurut Rahmad, video wawancara antara Anji dan Hadi dapat berpotensi masuk ke ranah hukum. Hal itu lantaran ada indikasi bahwa video tersebut mengandung kabar bohong atau hoaks.

"Nah, kalau toh kemudian hari di dalam perjalanannya ada kemungkinan, ada potensi kebohongan publik yang dikemukakan, mengklaim kemudian sudah dijual atau diberikan (antibodi) langsung kepada masyarakat itu tanpa uji klinis terlebih dahulu, menjadi sangat masuk wilayah ranah hukum," kata Rahmad kepada Alinea.id, Selasa (4/8).

Politikus PDIP itu menjelaskan, informasi penyebaran antibodi Covid-19 dari Hadi di Channel YouTube Anji dinilai tidak benar. Harusnya, jelas Rahmad, sebelum diedarkan kepada masyarakat, wajib melalui uji klinis dan diizinkan peredarannya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Namun, pada kasus ini BPOM mengaku belum memberikan surat izin edar ihwal antibodi tersebut. Siapapun, lanjut Rahmat, tidak bisa sembarangan menyebarluaskan produk untuk dipasarkan, apalagi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat.

"Boro-boro jamu, boro-boro obat, obat dan segala bentuk minuman yang mengatasnamakan dipersebarkan di masyarakat tentu harus mendapatkan izin edar oleh BPOM. Jadi, tidak bisa serta merta bikin temuan, kemudian disebar atau dijual ke semua kalangan. Ini kan konsumen, pasar harus dilindungi juga," terang dia.

Rahmad berharap, kasus ini bisa bagi pelajaran bagi Anji sebagai seorang influencer. Boleh saja berbicara dengan seseorang mengenai apapun untuk dijadikan konten, namun tetap harus mempertimbangkan kapasitas narasumber.

"Di perjalanan kasus, kalau memang ada potensi masuk ranah hukum, kita serahkan sepenuhnya secara hukum. Tapi lepas dari itu ini harus dipertanggungjawabkan. Terlepas dari mana, saya kira kalau sudah ada dorongan publik, harus dimintai keterangan," katanya.

Blunder-blunder Anji

Kritik dan kecaman terhadap pelantun lagu 'Dia' tersebut bukan saja terkait dengan perbincangannya bersama Hadi Pranoto, yang mengaku telah menemukan obat penyembuh Covid-19 itu.

Sebelumnya juga terdapat sejumlah postingan kontroversial eks vokalis Drive ini yang mengundang cibiran warganet. Misalnya, saat Anji mengomentari foto pasien Covid-19 karya Joshua Irwandi.

Musikus kelahiran Jakarta, 5 Oktober 1978 ini, melalui akun instagramnya, merasa janggal dengan foto korban Covid-19 itu. Dia menilai foto tersebut untuk menakut-nakuti.

Sontak warganet merespons geram Anji. Bahkan Ketua Pewarta Foto Indonesia (PFI) Reno Esnir angkat bicara dan menegaskan bahwa foto itu merupakan karya seorang fotografer yang mendapatkan grant dari National Geographic.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

To photograph the victims of coronavirus in Indonesia is the most heartbreaking, most eerie photography I have ever done. In my mind at the time I only thought what happened to this person may well happen to people I love, people we all love. I’ve witnessed first hand how the doctors and nurses are continuously risking their lives to save ours. They are the true heroes of this story, and the only way to appreciate their work is to follow what they advise us. We felt it was absolutely crucial that this image must be made. To understand and connect to the human impact of this devastating virus. The image is published here today as a reminder and a warning, of the ever looming danger. To inform us of the human cost of coronavirus and how world governments have let matters get so far. As we head towards the second wave of the pandemic, people must realise they cannot take this matter lightly. This photograph accompanies an article that appears in the National Geographic Magazine @natgeo in the new upcoming August 2020 issue. LINK IN BIO. It is also the first time I’d see the image in print. There are many people to thank, most notably @kayaleeberne, in which this is the first print NG story she edited; @jamesbwellford for reacting on the story from early on; @andritambunan, @kkobre, and @paullowephotography for their advice; and last but not least my mentor @geertvankesterenphoto for his unrelenting support since day one. I would like to dedicate this to the medical staff – whose selfless efforts allow us to continue to live. I am truly humbled to be in their midst countering this pandemic. And to my late Uncle Felix who, two years before he passed away earlier this year, sent me an email: ‘Keep on taking pictures and never fail to report to let the world know what has really happened.’ Please share this story and please act. This is the pandemic of our lifetime. We must win this battle. Supported by the @forhannafoundation and @insidenatgeo COVID-19 Emergency Fund for Journalist. @natgeointhefield #natgeo #joshuairwandi #natgeoemergencyfund #documentaryphotography #photography #covid19 #covidstories #nationalgeographicsociety #pandemic #stayathome

A post shared by Joshua Irwandi (@joshirwandi) on

 

Blunder Anji tak berhenti di situ, melalui akun Twitter @duniamanji, dia mencuitkan, "Apapun penyebabnya, tetap JANGAN MEMAKAI MASKER saat kamu olahraga. Cari artikel yang membahas bahaya memakai masker terlalu lama atau untuk olahraga.” Penempatan huruf kapital JANGAN PAKAI MASKER dipersoalkan warganet lantaran diletakkan bukan pada tempatnya hingga bergulir kontroversi.

 

Teranyar, adalah saat Anji berbincang dengan Hadi Pranoto melalui channel channel YoTube-nya. Hadi Pranoto, dalam video tersebut, mengaku telah menemukan obat penyembuh Covid-19. Bahkan, Hadi menyabut obat tersebut menyembuhkan banyak orang dari infeksi coronavirus. 

Sontak Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut sosok Hadi Pranoto yang mengaku profesor, pakar mikrobiologi, sekaligus Kepala Tim Riset Formula Antibodi Covid-19 dalam channel YoTube  Anji, tak terdaftar di database.

Sementara Anji, dalam video itu, menyebut Covid-19 tidak sengeri yang dibayangkan. "Saya tidak percaya bahwa Covid-19 semengerikan itu. Yang mengerikan adalah hancurnya hajat hidup masyarakat kecil," ujarnya.

Meski telah dihapus, video yang diunggah pada 31 Juli 2020 dinilai Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) hanya menimbulkan kegaduhan publik, bahkan sesat karena dapat mendorong masyarakat menolak protokol Covid-19.

“Masyarakat yang termakan informasi tersebut bisa kemudian menolak protokol pencegahan dan pengobatan yang dibuat oleh pemerintah,” kata Ketua Presidium Mafindo, Septiaji Eko Nugroho, Senin (3/8).

img
Fadli Mubarok
Reporter
img
Fathor Rasi
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan