close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ketua Umum PAN terpilih Zulkifli Hasan menyampaikan pidato kemenangan usai perhitungan suara hasil Kongres V PAN, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/2)/Foto Antara/Jojon.
icon caption
Ketua Umum PAN terpilih Zulkifli Hasan menyampaikan pidato kemenangan usai perhitungan suara hasil Kongres V PAN, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/2)/Foto Antara/Jojon.
Politik
Rabu, 06 Mei 2020 14:29

Bela Zulkifli, Mumtaz Rais 'serang' saudaranya usai mundur dari PAN

Mumtaz Rais menilai Hanafi dan Tasniem miliki sikap baper politik.
swipe

Putra Amien Rais, Hanafi Rais dikabarkan mundur dari kepengurusan Partai Amanat Nasional (PAN) dan anggota DPR RI. Pangkalnya, kepemimpinan ketum terpilih, Zulkifli Hasan, dianggap terlalu konformitas terhadap kekuasaan.

Merepons kabar mundurnya Hanafi, Ketua DPP PAN yang juga adik kandung Hanafi, Ahmad Mumtaz Rais mengaku sangat menghormati keputusan Hanafi untuk mundur. Namun, jika kabar ini benar, secara pribadi Mumtaz sangat menyayangkan langkah yang telah kakanya ambil itu.

“Kami institusi PAN menghormati keputusan beliau yang mundur, karena tentu sudah dipikirkan dengan baik. Akan tetapi, sebagai rekan berpartai sungguh kami sangat menyayangkan keputusan tersebut karena kedewasaan dalam berpolitik tidak ditunjukan oleh saudaraku, Hanafi Rais,” ujar Mumtaz dalam keterangannya, Rabu (6/5).

Menurut Mumtaz, seharunya Hanafi bisa lebih bijaksana dalam menyikapi kontestasi politik, khususnya terkait hasil Kongres PAN ke-V Kendari.

Kata Mumtaz, tidak perlu ada kekecewaan lantaran Zulkifli Hasan telah memenangkan suara secara sah dan terlegitimasi.

Bagi Mumtaz, kemenangan mertuanya adalah kemenangan mutlak. Hal itu ditandai dengan selisih suara yang sangat telak, yakni 106 suara.

Mumtaz lantas mengingatkan Hanafi, agar tidak egois memikirkan kepentingan pribadi atau golongan saja. lebih baik, lanjut Mumtaz, Hanafi bisa memikirkan kepentingan rakyat dan bangsa, lebih-lebih di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Putra ketiga Amien Rais ini menyarankan agar Hanafi dapat mencontoh sikap bijaksana senior-seniornya di PAN, seperti Hatta Rajasa, Soetrisno Bachir, Drajad Wibowo, dan Asman Abnur. 

"Mereka semua dapat mengesampingkan perbedaan untuk bersama-sama memajukan partai," bebernya.

Mumtaz menyarankan Hanafi melihat semangat kader-kader PAN dalam Rakernas I PAN yang baru saja dilaksanakan pada 5 Mei 2020.

Menurutnya, seluruh tokoh PAN dapat bersatu dan berupaya memberikan kontribusi terbaik untuk negara. Belum lagi, kata dia, DPW dan DPD PAN seluruh Indonesia yang turut serta memberikan bantuan kepada konstituen di daerah masing-masing.

“Saya juga ingin menggarisbawahi, bahwa sikap “baper politik” yang dipertontonkan oleh Hanafi Rais serta adik-adiknya yakni Hanum Rais dan Tasniem Rais, tidak akan berpengaruh sama sekali kepada saya, Mumtaz Rais, sebab memang jalan yang diambil sudah berbeda sejak insiden Pandean, yakni kejadian pengusiran serta penganiayaan kepada saya pada Februari 2020 yang disebabkan karena perbedaan pilihan politik di Kongres PAN,” ungkap dia.

Mumtaz menegaskan, dirinya memang masih cukup muda dalam berpolitik, namun ia paham tata krama. Ia tidak menganut mental mutungan (baper), cengeng, dan melodramatik dalam berjuang untuk kebaikan. 

Mumtaz percaya ke depan akan lebih banyak bermunculan kader PAN yang lebih gahar dan potensial. Namun demikian, Mumtaz menilai, mundurnya Hanafi ini bisa juga menjadi bentuk strategi untuk ancang-ancang menghadapi kontestasi pilkada. 

Dia menduga, Hanafi ingin menjajal peruntungannya di jalur eksekutif dengan menjadi kepala daerah, supaya bisa melayani rakyat secara langsung.

“Menjadi kepala daerah adalah cita-cita yang baik dan sah-sah saja, kami DPP PAN siap mendukung sepenuhnya jika itu adalah pilihan politik yang terbaik. Karena isu yang bergulir dari kawan-kawan di Jogja adalah seperti itu, antara Hanafi mau menuju Sleman 1 atau Gunung Kidul 1,” lanjutnya.

Dia juga menduga mundurnya Hanafi disebabkan karena ingin lebih berkhidmat dalam menjalani hari-hari sebagai akademisi, bisa lebih mendekatkan diri dengan keluarganya, atau ingin fokus pada pendidikan menyelesaikan program doktoral di luar negeri.

img
Fadli Mubarok
Reporter
img
Fathor Rasi
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan