Partai Gerindra akhirnya resmi mengusung Ketua DPRD Banten Andra Soni sebagai calon Gubernur Banten di Pilgub Banten 2024. Gerindra mengawinkan Andra dengan politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Dimyati Kusuma.
Selain Gerindra dan PKS, pasangan itu juga diusung NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Koalisi ketujuh parpol tersebut dinamai Koalisi Banten Maju.
"Insyaallah, partai-partai lain nanti menyusul," kata Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani kepada wartawan usai menyerahkan surat dukungan untuk pasangan Andra-Dimyati di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten, awal Juli lalu.
Dengan terbentuknya pasangan itu, maka Koalisi Indonesia Maju (KIM) di tingkat Pilgub Banten gagal terbentuk. Pasalnya, Golkar telah menugaskan eks Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Airin Rachmi Diany untuk maju sebagai kandidat Gubernur Banten. Baliho Airin sebagai cagub sudah terpasang di seantero Banten.
KIM ialah pengusung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) di Pilpres 2024. KIM beranggotakan Gerindra, Golkar, PAN, NasDem, PSI dan sejumlah parpol nonparlemen. Sebelumnya, elite-elite KIM gembar-gembor bakal menurunkan koalisi di tingkat nasional ke pentas pilkada.
Direktur Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul menilai diusungnya pasangan Andra-Dimyati menunjukkan KIM telah pecah di Banten. Koalisi gemuk diiinisasi Gerindra untuk menandingi Airin yang elektabilitasnya selalu mendominasi di papan survei.
“Kalau (Gerindra) dibilang ngotot dukung Andra Soni wajar. Apalagi, Gerindra partai pemenang dan Prabowo nanti jadi presidennya. Saya prediksi bahwa Golkar dan Gerindra sudah tidak bisa berkoalisi,” kata Adib kepada Alinea.id, Minggu (7/7).
Berbasis hasil Pileg 2024, Golkar, Gerindra, dan PDI-P muncul sebagai parpol penguasa DPRD Banten setelah sama-sama mengoleksi 14 kursi. Dari total 100 kursi yang tersedia, sisanya terbagi ke PKS (13 kursi), Demokrat (11 kursi), PKB (10 kursi), NasDem (10 kursi), PAN (7 kursi), PPP (4 kursi), dan PSI (3 kursi),
Setelah tak diajak Gerindra dalam Koalisi Banten Maju, Golkar kini mendekati PDI-Perjuangan (PDI-P) di Pilgub Banten. Bukan tidak mungkin Golkar malah berkoalisi dengan PDI-P, seteru mereka pada Pilpres 2024. Airin digadang-gadang bakal diduetkan dengan Ade Sumardi, eks Wakil Bupati Lebak yang juga politikus PDI-P.
“Selama memang formulanya tidak ketemu untuk meraih menang, mereka (KIM) akan berpisah,” ujar Adib.
Pecahnya KIM di Banten, kata Adib, belum tentu bakal terjadi dalam konteks pilkada di provinsi-provinsi strategis lainnya. KIM masih mungkin berkoalisi di Pilgub DKI Jakarta, Pilgub Jawa Tengah, dan Pilgub Jawa Timur dan Pilgub Sumatera Utara.
“Tergantung kebutuhan karena politik itu kan tidak ada teman abadi. Yang ada kepentingan abadi. Kalau dibilang KIM langgeng atau semacamnya, ya, omong kosong,” ujar dia.
Di Pilgub DKI Jakarta, KIM juga tidak akur. Gerindra telah mendeklarasikan dukungan untuk Ridwan Kamil (RK) sebagai cagub DKI Jakarta. Namun, Golkar tampaknya ingin menurunkan RK di Pilgub Jabar. Di DKI, RK harus menghadapi Anies Baswedan yang elektabilitasnya masih dominan.
Analis politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komaruddin punya pendapat berbeda. Menurut dia, pecah kongsi antara Golkar dan anggota KIM lainnya di Banten adalah strategi pemenangan.
“Kan dua-duanya (Airin dan Andra Soni) kalau jadi pun (menang pilkada) dari KIM. Kalau salah satunya terpilih, (hitungannya kandidat) dari kubu pemerintah juga. KIM juga,” ucap Ujang kepada Alinea.id, Minggu (7/7).
Banten, kata dia, adalah salah satu provinsi yang kandidatnya tak wajib diusung semua anggota KIM. Ujang meyakini KIM akan solid di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Utara.
Khusus di DKI, Ujang berpendapat Golkar akan mengalah dan menerjunkan RK di ibu kota. RK dinilai satu-satunya kandidat yang mampu menyaingi Anies. "Jakarta masuk dalam kategori koalisi wajib kompak," jelas Ujang.