close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi pemilihan umum. (foto: Pixabay)
icon caption
Ilustrasi pemilihan umum. (foto: Pixabay)
Politik
Jumat, 05 Januari 2018 10:24

Bukan agama, ini yang akan mewarnai Pilgub Jatim

Sisi personality dan moralitas masing-masing kandidat akan menyertai Pilgub Jatim 2018.
swipe

Oktober 2017 silam, PDIP mendeklarasikan pasangan Saifullah Yusuf-Abdullah Azwar Anas untuk Pilgub Jawa Timur (Jatim) 2018 mendatang. Keduanya akan menghadapi duet Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak yang diusung Golkar dan Nasdem.

Namun, memasuki awal tahun 2018, Anas diisukan mundur dari kontestasi Pilgub Jatim karena diterpa isu personal. Ketua Bidang Perekonomian DPP PDIP, Hendrawan Supratikno enggan berkomentar terkait kabar tersebut. “Ke Pak Sekjen saja, biar tidak simpang siur,” ujar Hendrawan saat dikonfirmasi Alinea, Jumat (5/1).

Sementara Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto membantah isu mundurnya Anas. Menurutnya, partai yang dipimpin Megawati Soekarnopurti itu telah memutuskan secara seksama, melalui pertimbangan matang dan tahapan yang jelas serta terukur.

“Sekali keputusan politik diambil, partai kokoh dan konsisten atas keputusannya, sebab keputusan diambil berdasarkan prinsip sebagai partai yang menjabarkan ideologi Pancasila,” tegas Hasto melalui keterangan tertulisnya.

Hasto menambahkan, duet Gus Ipul-Anas lahir dari kultur NU. Tak hanya itu, keduanya dianggap memiliki wawasan yang luas dan hadir sebagai representasi kepemimpinan profesional dengan akar dukungan rakyat yang sangat kuat.

“Karena itulah PDI Perjuangan tidak pernah memiliki pemikiran sedikitpun untuk mengganti paslon tersebut,” sambungnya.

Bahkan, ia menuding ada pihak yang ingin menggulingkan elektabilitas jagoannya di Pilgub Jatim melalui isu moral, korupsi, dan berbagai isu lainnya, termasuk ujaran kebencian guna memecah belah calon serta partai politik pengusungnya. Karena itu, Hasto memastikan, perubahan hanya bisa terjadi melalui force majeure, misal calon berhalangan tetap, atau mengundurkan diri karena tidak diizinkan oleh keluarga dekatnya, atau karena kepentingan yang lebih besar sebelum batas akhir pendaftaran.

“Bahwa dalam alam politik kekuasaan menang-menangan yang sering diterapkan ‘pihak sana’, pihak yang memuja kekuasaan dan dengan demikian melupakan etika dan moral, memang ada kecenderungan menghalalkan segala cara,” terang Hasto.

Peta kandidat Pilgub Jatim

Pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair), Suko Widodo menilai posisi Anas memang sangat berpengaruh untuk mendongkel suara Gus Ipul. Karena itu, jika Anas betul-betul mundur, bisa mengubah konstelasi kekuatan di Jatim.

Ketika Pilgub Jakarta diramaikan isu agama, Suko memprediksi Pilgub Jatim akan diramaikan dengan isu personality masing-masing kandidat. Seperti yang menerpa Anas saat ini, ia diisukan telah memiliki affair dengan perempuan lain. Bahkan, Suko menyebut PDIP bisa melakukan blunder jika tak mengganti Anas dengan nama lain.

“Kalau di Jatim lebih kepada personality kandidat. Contohnya kasus Mas Anas. Pertempurannya lebih kepada personality, bukan agama. Kalau di Jatim sudah yakin dia (Anas) mundur, kalau enggak mundur ya blunder. Foto-fotonya sudah beredar enggak karuan sekarang,” terangya.

Sementara itu, berdasarkan riset Surabaya Survey Center (SSC), perbedaan elektabilitas antara kedua pasangan sangat tipis. Gus Ipul- Anas memperoleh 36,2% dan Khofifah-Emil 33,9 %. Namun, dalam survei tersebut, sebanyak 29,9% responden masih belum menentukan pilihan.

“Artinya memang akan terjadi persaingan sengit antara kedua pasangan,” papar Direktur SSC, Mochtar W Oetomo kepada Alinea.

Mochtar membeberkan, berdasarkan peta wilayah kekuatan, kedua pasangan juga berimbang. Gus Ipul-Anas unggul di wilayah Arek dan Pantura barat. Sementara Khofifah-Emil unggul di Madura dan Mataraman. Sedangkan di Tapal Kuda, keduanya imbang.

“Jika benar Anas mundur tentu akan terjadi perubahan peta yang cukup radikal, bergantung pada siapa pengganti Anas yang mendampingi Gus Ipul,” paparnya.

Seandainya memang muncul isu agama, Mochtar memprediksi akan berkaitan dengan kepemimpinann perempuan. Meski demikian, ia meperkirakan isu internal NU seperti didukung oleh kiai siapa, pondok mana masing-masing kandidat akan mewarnai Pilgub Jatim.

“Serta isu yang berkaitan dengan moral seperti yang menerpa Anas sekarang,” jelas Mochtar.

Merujuk pada peta politik tersebut, Mochtar menganggap peluang munculnya poros baru tetap besar. Apalagi setelah datangnya badai yang menyerang Anas.

“(Poros baru) bisa mendongkel atau tidak bergantung pada pasangan yang diusung siapa dan juga bergantung siapa pengganti Anas,” tukasnya.

img
Syamsul Anwar Kh
Reporter
img
Syamsul Anwar Kh
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan