Kritik Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan atau Zulhas terhadap wacana koalisi partai Islam untuk Pilpres 2024, yang digadang-gadang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dianggap sebagai penegasan bahwa poros partai Islam tak akan solid.
"Jikapun terwujud paling mungkin hanya poros partai Islam terbatas PKS-PPP karena tak semua parpol Islam bergabung," ujar Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno dihubungi Alinea, Jumat (16/4).
Menurut Adi, pembentukan koalisi partai poros Islam bukan hanya soal kontraproduktif dengan upaya memperkuat dan memperkokoh persatuan bangsa sebagaimana diungkapkan Zulhas. Namun koalisi partai Islam memang sulit terwujud lantaran berbedaan masing-masing parpol.
"Dari dulu poros partai Islam sulit diwujudkan. Faktornya sederhana. Kadang hanya urusan mazhab seperti (doa) kunut dan tahlil, partai Islam jadi tak solid. Ini cacat bawaan yang masih sukar dihilangkan," lanjut Dosen Politik FISIP UIN Jakarta ini.
Kekhawatiran Zulhas bahwa pembentukan koalisi poros agama memicu polarisasi, politik aliran dan identitas dinilai logis dan sah-sah saja. "Tapi polarisasi juga melampaui partai. Banyak terjadi di level grassroot, bukan hanya di level partai. Polarisasi perkara alamiah yang penting rasional dan dewasa dalam politik," pungkasnya.
Sebelumnya, kedua ketua umum dan elite PKS dan PPP melangsungkan pertemuan diselingi acara buka puasa bersama di Kantor DPP PKS, Jakarta, Rabu (14/4).
Dalam pertemuan di DPP PKS, Jakarta Selatan, kedua parpol tidak hanya sebatas silaturahmi, namun juga membicarakan terkait peluang kerja sama untuk menyongsong Pemilu 2024, salah satunya ada upaya untuk membentuk koalisi partai poros Islam.