Majunya sejumlah artis dalam bursa caleg kali ini mengundang respons dari analis politik Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah. Menurutnya, tren keikutsertaan artis dalam Pileg bukanlah hal yang baru. Fenomena ini sendiri jadi indikasi gagalnya parpol dalam perkara kaderisasi.
"Rekrutmen selebritis oleh parpol setidaknya mengindikasikan dua hal, (parpol) gagal dalam pengaderan dan strategi mendulang suara secara instan, Namun, sampai hari ini belum ada data riset yang menyatakan, selebritas berhasil secara signifikan mengangkat suara parpol," katanya melalui pesan singkat kepada Alinea, Selasa (24/7).
Lebih lanjut, hadirnya politisi artis tak perlu ditentang oleh publik. Pasalnya, ini merupakan hal yang legal dan dijamin konstitusi. Para konstituen yang mestinya jeli menentukan pilihan di tengah tren tersebut.
"Inilah konsekuensi demokrasi, di mana jabatan politik ditentukan oleh suara mayoritas dan itu terimplementasi melalui pemilu. Sehingga, mereka yang populer berpotensi terpilih dibanding yang hanya pintar saja, dan itu sah-sah saja secara konstitusional," tuturnya.
Tentu, sambungnya, pemilih memiliki beban memilih calon anggota parlemen yang dapat dipercaya. Tidak saja melihat popularitas, tetapi rekam jejak politik yang dapat ditelusuri melalui media apapun.
Namun, lagi-lagi ia mengingatkan, biasanya artis tidak membawa perubahan signifikan dalam perolehan suara parpol. Mereka juga disinyalir tidak maksimal menjalankan aktivitas politik di parlemen. Alasannya sederhana, artis umumnya memiliki pengetahuan yang minim tentang kinerja politik. Sementara, saat terjun ke parlemen, ketenaran tak mampu menyelamatkan mereka, sebab publik butuh kerja-kerja nyata.