Tawuran antarpelajar dan antarwarga kerap kali terjadi di Jakarta. Calon Gubernur DKI Jakarta, Ridwan Kamil, punya solusi untuk menekan angka tawuran. Dia bakal mengadakan car free night atau malam bebas kendaraan. Dia mengatakan, car free night mirip dengan car free day, yang akan menampilkan pameran kesenian dan UMKM.
“Tapi malam hari. Kita akan adakan sebulan sekali di seluruh kecamatan dan panitianya antarkampung,” kata Ridwan di acara “Suara Pelajar, Masa Depan Jakarta, Kongkow Pelajar se-Jakarta” di Kantor DPD Golkar DKI Jakarta, Sabtu (28/9), seperti dikutip dari Antara.
Dia menilai, orang-orang yang biasa ikut tawuran akan akrab karena selalu dijadikan panitia car free night.
Menurut pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahardiansah, program ini tidak efektif untuk menangani tawuran. Ridwan, kata Trubus, seharusnya menyadari persoalan silaturahmi yang minim, sehingga menyebabkan tawuran.
Bagi Trubus, di Jakarta ada pembagian kelompok dan kelas. Misalnya, mereka yang tinggal di Pondok Indah, Jakarta Selatan, dengan orang-orang yang tinggal di Rawa Bebek, Jakarta Utara. Begitu pula dengan anak-anak yang mengenyam pendidikan di sekolah unggulan atau bukan.
“Kedua kelompok ini harus banyak silaturahmi untuk mengurangi tawuran,” ujar Trubus kepada Alinea.id, Rabu (2/10).
Jika tawuran terjadi dalam lingkup sekolah, maka pemerintah harus memberikan sanksi ke setiap institusi pendidikan yang terlibat. Sementara jika tawuran antarkampung terjadi, kata dia, harus dilihat kebiasaan di masyarakat dengan memberikan sanksi kepada pemimpin daerah setempat, seperti lurah, ketua RT, dan ketua RW.
“Sekarang tinggal diubah saja pergubnya (peraturan gubernur) untuk keamanan masalah ini,” tutur Trubus.
“Car free night ini juga enggak berlaku (efektif), malah mendorong anak-anak untuk beralasan pergi ke sana, tapi malah tawuran.”
Dihubungi terpisah, sosiolog dari Universitas Airlangga, Tuti Budirahayu mengatakan, perubahan kebiasaan dalam sebuah komunitas tidak mudah dan perlu waktu. Terutama menyangkut kebiasaan yang dianggap buruk, seperti tawuran.
Maka dari itu, Tuti berpendapat, Ridwan tidak dapat melakukan program car free night hanya satu kali sebulan, tetapi harus dilakukan sesering mungkin. “Program yang digagas Ridwan Kamil maksudnya baik, yaitu memberi wadah bagi para pemuda untuk beraktivitas bersama,” kata Tuti, Kamis (3/10).
“Tapi kalau dilakukan satu kali satu bulan, saya rasa hal itu masih belum menyentuh akar masalahnya.”
Tuti menyampaikan, perlu dilakukan evaluasi untuk menemukan akar masalah dari para remaja atau warga di wilayah yang sering terjadi tawuran. Setelah itu, baru dibuatkan program yang sesuai dan komprehensif, yang melibatkan orang tua, masyarakat sekitar, dan sekolah.
Tuti menyatakan kekhawatirannya dengan program car free night. Sebab, wacana kebijakan itu akan dilakukan malam hari. Padahal, kegiatan malam hari punya konotasi dengan sesuatu yang rawan, seperti kegaduhan, minum minuman keras, atau perilaku negatif lainnya. Untuk itu, dia menyarankan, jika aktivitas dilakukan malam hari, maka pengawasan yang ketat dari aparati keamanan harus dilakukan.
Tuti menganggap, banyak kegiatan yang sifatnya dapat mengintegrasikan orang-orang muda yang bisa dilakukan dalam bentuk kompetisi untuk menekan angka tawuran.
“Misalnya, olahraga antarwilayah. (Kegiatan) dalam bentuk pengembangan wirausaha atau berkesenian bersama,” kata Tuti.