Dari Ahmad Luthfi hingga Kaesang: Siapa mampu mengubur PDI-P di kandang banteng?
Nama Kapolda Jawa Tengah (Jateng) Ahmad Luthfi terus menguat di bursa kandidat Pilgub Jateng 2024. Eks Kapolres Solo itu tercatat masuk di bursa kandidat sejumlah parpol, semisal Golkar, Demokrat, dan Partai Amanat Nasional (PAN). Luthfi sendiri menyatakan siap mundur dari jabatannya jika resmi diusung parpol
Gerindra, parpol anggota Koalisi Indonesia Maju (KIM) lainnya, juga tertarik meminang Luthfi. Sekjen Gerindra Ahmad Muzani mengatakan ada dua nama yang dipertimbangkan partainya. Selain Ahmad Luthfi, nama Ketua DPD Gerindra Jateng, Sudaryono juga dibahas di internal parpol.
"Dua-duanya (Luthfi dan Sudaryono) sedang kita pelajari," kata Muzani kepada wartawan di Istana Merdeka, Jumat (28/6) lalu.
Di lain kubu, PDI-Perjuangan juga telah menyiapkan sejumlah nama untuk diusung jadi kandidat di Pilgub Jateng. Dua nama terkuat ialah eks Panglima TNI Andika Perkasa dan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) Hendrar Prihadi alias Hendi.
"Pak Andika misalnya selain di Jakarta, itu juga ada yang mengusulkan di Jawa Tengah ya. Ada Pak Hendi juga ya," kata Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto saat meninjau persiapan puncak peringatan bulan Bung Karno di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (29/6)
Selain keempat nama itu, kandidat-kandidat lain yang potensial diusung ialah eks Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen (PPP), Bupati Kendal Dico Ganinduto (Golkar) dan politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Gus Yusuf Chudlori. Belakangan, nama putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep juga mewarnai bursa kandidat Pilgub Jateng.
Kaesang mendadak nongkrong di bursa kandidat setelah Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei merekam elektabilitas para kandidat di Pilgub Jateng, Minggu (30/6) lalu. Dalam simulasi semi terbuka dengan 21 nama kandidat, Kaesang merajai papan survei dengan tingkat elektabilitas mencapai 15,9%.
Ahmad Luthfi berada di peringkat kedua dengan elektabilitas sebesar 12,9%, diekor anggota DPR RI Abdul Wachid dengan tingkat keterpilihan sebesar 7,8% dan selebritas Raffi Ahmad yang meraup 6,8%. Pada posisi keempat, ada nama Ketua DPD PDI-P Jateng Bambang Pacul dengan elektabilitas 5,8%. Terpaut tipis, Sudaryono dan Hendi sama-sama meraup 4,7%.
Namun, Direktur Eksekutif Y-Publica, Rudi Hartono mengungkap hasil survei berbeda yang dipegang lembaganya. Menurut Rudi, tingkat keterpilihan Luthfi dan Sudaryono masih di bawah 5%. Kandidat PDI-P Hendrar Prihadi justru dominan dengan elektabilitas di atas 10%.
"Situasinya akan berbeda kalau Koalisi Indonesia Maju bisa mengambil pasangan lain, misalnya, Taj Yasin Maimoen, Dico Ganinduto, atau Gus Yusuf Chudlori. Elektabilitas ketiganya cukup tinggi. Bahkan, Taj Yasin punya elektabilitas tertinggi saat ini," ucap Rudi kepada Alinea.id di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Rudi, bukan tak mungkin kandidat dari KIM bisa mengalahkan kandidat dari PDI-P jika yang berlaga hanya dua pasang kandidat. Namun, KIM harus menambah kekuatan politik dengan menggandeng parpol-parpol di luar KIM, semisal Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan NasDem.
Peta politik berbeda muncul jika ada tiga pasangan calon dari poros tambahan gabungan PKB dan PPP. Kedua parpol itu punya kekuatan politik cukup besar di Jawa Tengah. "Koalisi antara PPP dan PKB sedikit banyak akan mempengaruhi perimbangan kekuatan PDI-P dan KIM," imbuh Rudi.
Rudi berpendapat Pilgub Jateng akan menjadi medan pertarungan sengit antara PDI-P dan kongsi Prabowo-Jokowi. Kemenangan di Jateng diperlukan KIM mereduksi kekuatan oposisi PDI-P di pemerintahan Prabowo-Gibran.
"Dalam hal ini, Jokowi dan Prabowo tentu akan all-out memastikan kemenangan kandidat yang diusung KIM. Ada prestise besar jika KIM bisa mengalahkan PDI-P di Jawa Tengah. Ini juga menyangkut nasib konsolidasi politik pemerintahan ke depan," ucap Rudi.
Prabowo, lanjut Rudi, juga berkepentingan "mengamankan" Jawa Tengah dari PDI-P. Padalnya, ada banyak proyek strategis nasional (PSN) dan pembangunan kawasan industri baru yang sudah berjalan serta direncanakan pemerintah di Jateng.
"Munculnya nama Kapolda Jateng Ahmad Luthfi dalam bursa Pilkada Jeteng dalam konteks itu. Jokowi, yang masih memegang tampuk kekuasaan hingga Oktober, akan menggerakkan kekuasaan untuk membantu kandidat ini. Saya kira, peluang KIM untuk mengubur dominasi PDI di Jawa Tengah sangat besar jika mereka berhasil menggalang dua kekuatan tradisional di sana, yakni PPP dan PKB," ucap Rudi.
Hasil Pileg 2024 menunjukkan PDI-P masih menguasai Jateng. Di tingkat DPRD, PDI-P meraup hingga 5,2t juta suara atau 26,59% dari total suara provinsi. PKB dan Gerindra terpaut cukup jauh di urutan kedua dan ketiga dengan raihan suara 3,03 juta suara (15,3%) dan 2,59 juta suara (13%).
Meskipun PDI-P digdaya di kandangnya sendiri, namun pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD justru melempem. Di Pilpres 2024, pasangan yang diusung PDI-P dan PPP itu hanya meraup sekitar 7,8 juta suara. Pasangan Prabowo-Gibran justru unggul sangat signifikan dengan raupan sekitar 12 juta suara.
Analis politik dari Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) Ahmad Chumaedy sepakat KIM bakal mati-matian merebut Jateng dari PDI-P. Dinamika politik di Jateng, kata pria yang akrab disapa Memed itu, merupakan salah satu barometer politik di tingkat nasional. Bukan tidak mungkin KIM menduetkan Luthfi dan Sudaryono demi memastikan kemenangan.
"Ada tiga variabel yang mendukung Ahmad Luthfi dan Sudaryono jadi kandidat potensial. Pertama, disokong oleh partai yang berkuasa KIM. Kedua, intervensi Jokowi dan Prabowo kepada Luthfi dan Sudaryono melambungkan keduanya sebagai cagub potensial. Ketiga, korsa kepolisian bisa meng-endorse pasangan Luthfi-Sudaryono untuk menjadi hidden game di Pilkada Jateng," kata Memed itu kepada Alinea.id, Sabtu (29/6).
Meski begitu, bukan perkara mudah untuk menggerus dominasi di PDI-P di kandangnya sendiri. Menurut Memed, KIM harus bekerja keras untuk mendongkrak elektabilitas Luthfi dan Sudaryono. Parpol-parpol di luar KIM juga harus digandeng untuk menambah daya gedor.
"Pertama, mesin partai. Seberapa kuat dan efektif mesin politik Gerindra dan KIM dalam menggerakkan dukungan di daerah-daerah strategis? Kedua, isu kampanye. Bagaimana kemampuan pasangan ini untuk mengangkat isu-isu yang relevan dan penting bagi masyarakat Jawa Tengah? Ketiga, koalisi dan dukungan. Seberapa luas dan solid dukungan dari partai-partai anggota KIM dan tokoh-tokoh masyarakat setempat?" ucap Memed.
Tanpa kerja keras, menurut Memed, PDI-P sulit untuk digoyahkan di Jateng. Pasalnya, PDI-P punya basis massa yang solid dan kader-kader yang jadi kepala daerah di Jateng. Khusus untuk Jateng, elite-elite PDI-P di pusat kerap turut turun gunung untuk memastikan kemenangan.
"Selain itu, PDI-P selalu punya strategi kampanye yang efektif ketika menghadapi pilkada. PDI-P memiliki sejarah panjang dalam politik Indonesia dan khususnya di Jawa Tengah. Keberhasilan partai ini dalam berbagai pemilihan sebelumnya menambah kepercayaan diri dan dukungan dari masyarakat," ucap Memed.