close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, diklaim lebih mendongkrak raihan suara Golkar dan PDIP dibandingkan tokoh lain dalam survei SMRC. Dokumentasi Pemprov Jaten
icon caption
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, diklaim lebih mendongkrak raihan suara Golkar dan PDIP dibandingkan tokoh lain dalam survei SMRC. Dokumentasi Pemprov Jaten
Politik
Kamis, 19 Januari 2023 19:59

Daripada tokoh lain, Ganjar diklaim lebih dongkrak suara Golkar dan PDIP

"Kayaknya menarik ini koalisi antara Golkar dan PDIP."
swipe

Partai Golkar diklaim bakal mendapatkan kenaikan suara signifikan jika mencalonkan Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, sebagai presiden pada 2024. Bahkan, perolehannya diklaim lebih baik daripada mengusung Ketua Umum Airlangga Hartarto.

Dalam survei eksperimental Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), tren serupa akan dialami Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) jika memasang Ganjar sebagai calon presiden (capres). Pun disebut lebih banyak suara yang diraup dibandingkan saat menjagokan Ketua DPR, Puan Maharani, ataupun Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Pendiri SMRC, Saiful Mujani, memaparkan, hasil tersebut didapati berdasarkan treatment dan kontrol. Treatment dilakukan dengan memasukkan beberapa nama tokoh untuk mengetahui sejauh apa pengaruhnya terhadap kenaikan suara partai, sedangkan kontrol dengan mengajukan pertanyaan partai yang bakal dipilih dalam pemilihan legislatif (pileg). Sampel pertanyaan kontrol sebanyak 44 dengan toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 6%.

Dalam treatment pertama, Golkar dimasukkan nama Airlangga sebagai capres Golkar. Hasilnya, 15% responden bakal memilih partai berlogo beringin ini, sedangkan hasil eksperimen kontrol sebesar 9%. Artinya, perolehan suara meningkat 6%.

Suara Golkar naik menjadi 21% atau naik 12% dibandingkan eksperimen kontrol ketika mencapreskan Ganjar. "Ini akan membuat Golkar mendapatkan dukungan publik terbesar kedua setelah PDIP," kata Saiful dalam keterangannya, Kamis (19/1).

Untuk PDIP, treatment pertama dilakukan dengan dimasukkan nama Puan sebagai capres. Responden lalu ditanya tentang partai yang akan dipilih. Hasilnya, 27% responden bakal memilih PDIP dan disebut kenaikannya tidak signifikan lantaran terjadi peningkatkan tipis dibandingkan pertanyaan kontrol.

Hasilnya menjadi 36% ketika memasukkan nama Ganjar sebagai capres PDIP dan mengajukan pertanyaan serupa kepada responden. Artinya, diklaim ada peningkatan 16% dan lebih kuat daripada saat Puan yang diusung.

Kemudian, memasukkan nama Prabowo dalam treatment ketika. Hasilnya, raihan dukungan responden kepada PDIP sebesar 26%. Selisih tipis dengan capaian dalam pertanyaan saat mengusung Puan.

"Dilihat dari eksperimen ini, yang akan memperkuat PDIP dari sisi calon presidennya adalah Ganjar Pranowo," ucap Saiful.

Saiful melanjutkan, perolehan suara Golkar naik signifikan kala mengusung Ganjar, tetapi tidak dengan PDIP alias tetap 24%. Namun, PDIP dianggap tak terancam atas hasil itu kecuali Gerindra.

"Suara Gerindra turun dari 11% (kontrol, red) menjadi 8% jika Golkar mengusung Ganjar sebagai calon presiden," ujarnya.

"Kalau melihat data seperti ini, kayaknya menarik ini koalisi antara Golkar dengan PDIP [dalam mengusung Ganjar sebagai capres]. Itu menguntungkan kedua partai tersebut," tandas Saiful.

Survei ini dilakukan secara tatap muka pada 3-11 Desember 2022 dengan melibatkan 1.220 WNI yang telah memiliki hak suara sebagai responden, yang didapat dari stratified multistage random sampling. Response rate sebesar 1.029 (84%). Adapun toleransi kesalahan sekitar 3,1% pada tingkat kepercayaan 95%.

Metode eksperimental untuk menguji efek pencapresan terhadap elektabilitas partai dilakukan dengan membagi responden secara acak ke dalam empat kelompok (kontrol, treatment 1, treatment 2, dan treatment 3). Setiap responden mendapat satu pertanyaan sesuai kelompoknya.

img
Marselinus Gual
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan