Debat kedua Pilgub DKI Jakarta 2024 berlangsung di Beach City International Stadium, Ancol Jakarta Utara, Minggu (27/10) malam. Mengambil tema “Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial", pasangan calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) Jakarta Ridwan Kamil-Suswono (Rido), Dharma Pongrekun-Kun Wardana (Dharma-Kun), dan Pramono Anung-Rano Karno (Pram-Rano) saling beradu gagasan selama kurang lebih dua jam.
Tak terlihat saling serang yang tajam antara paslon. Sepanjang debat berlangsung, RK-Suswono, Pramono-Rano, dan Dharma-Kun lebih banyak saling mengamini gagasan dan program-program masing-masing jika memenangi kontestasi Pilgub DKI Jakarta.
Namun demikian, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro berpendapat RK tergolong lebih menguasai panggung debat ketimbang para kompetitornya. Dharma-Kun dan Pram-Rano lebih banyak melakukan blunder karena tidak membekali argumentasi mereka dengan data akurat.
"Secara garis besar, saya lebih cenderung melihat Ridwan Kamil- Suswono unggul. Performa lebih memuaskan. Apalagi, di akhir-akhir bisa membalikan keadaan menyerang Rano dengan menyinggung indeks pembangunan manusia (IPM) di Banten yang rendah ketika Rano menjadi Gubenur Banten," kata Agung kepada Alinea.id, Jumat (25/10).
RK-Suswono, menurut Agung, cenderung piawai membagi porsi. Suswono yang pada debat pertama kurang maksimal, kali ini lumayan bisa terlihat tuntas berargumen dengan data layaknya teknokrat. Pasangan Dharma-Kun dan Pram-Rano belum terlihat ideal membagi porsi.
Dari sisi penyampaian program, RK-Suswono juga sangat taktis. Itu terlihat ketika menjawab pertanyaan mengenai cara meningkatkan performa Pasar Tanah Abang yang lesu usai pandemi Covid-19. RK- Suswono tidak memberi jawaban klasik seperti penyaluran modal atau pelatihan, tetapi menyiapkan festival untuk mendorong antusiasme masyarakat untuk kembali berbelanja di pasar tersebut.
"Sementara Pram-Rano itu ada arahan memang mau ada pemberian modal, pelatihan. Tapi, justru masih agak mengawang. Ketika RK ngomong akan ada festival sehingga tidak hanya ada jual-beli, supaya ada kegiatan di sana, saya baru nyambung. Terus untuk pemodalan, dia langsung bilang dia akan ajak Bank DKI. Taktis dan mudah dicerna," ucap Agung.
Dari sisi program-program yang ditawarkan, Agung melihat tidak ada perbedaan yang mencolok di antara ketiganya. "Cenderung mainstream. Tapi, pada level data, RK-Suswono yang menang. Harusnya dipersiapkan soal data karena ini (Pilgub DKI) menyentuh pemilih rasional," kata dia.
Direktur Eksekutif Citra Institute, Yusak Farhan sepakat bila pasangan RK-Suswono lebih piawai berargumentasi dengan data ketimbang paslon lainnya. Pasangan Dharma-Kun masih sangat abstrak menjelaskan program-program mereka, sedangkan Pram-Rano menyajikan program-program secara realistis.
"Namun, pasangan RK- Suswono ini punya banyak sisi imajinatif dalam inovasi programnya. Meski baik, tapi sukses dan tidaknya sulit diukur," kata Yusak kepada Alinea.id, Minggu (27/10).
Yusak menilai Pram-Rano lebih terukur dalam menyampaikan progam terkait ekonomi dan kesejahteraan sosial. Namun, saat "menguliti" rekam jejak dengan pasangan RK-Suswono, Rano justru gagal menepis serangan balik RK. Rano terlihat tak mampu menyanggah "kegagalannya" meningkatkan IPM di Banten.
"Rano agak kesulitan membalikan keadaan," kata Yusak.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menilai debat kedua Pilgub DKI berjalan monoton. Ketiga kandidat hanya saling melengkapi dan bukan saling mendebat.
Namun demikian, Esther berpendapat masing-masing kandidat mampu memanfaatkan waktu di panggung debat untuk menunjukan keunggulan-keunggulan mereka. RK, misalnya, kerap membingkai gagasan dan jawaban atas pertanyaan kompetitor dia berbasis pada pengalamannya sebagai Gubernur Jabar.
"Tapi, beliau lebih kuat di bidang tata kota karena memang background-nya sebagai arsitek. Kelebihan Dharma, saat pertanyaan diarahkan ke digital economy dengan block chain dan akses internet karena beliau memang punya kompetensi di sana. Kelebihan Pramono Anung menjawab pertanyaan mengkaitkan dengan regulasi dan kondisi ekonomi yang ada," ucap Esther kepada Alinea.id, Minggu (27/10).
Esther sepakat RK-Suswono terlihat paling menguasai persoalan-persoalan terkait tema debat. Namun, ia melihat kebanyakan program yang disajikan RK-Suswono mirip dengan program RK saat menjadi Gubenur Jabar.
"Tetapi, bukan berarti RK menjadi kuda hitam di panggung. Itu tadi, karena persoalan DKI beda dengan Jabar," kata Esther.