close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Deklarasi Sam Aliano sebagai calon presiden (capres)2019. (Robi/ Alinea)
icon caption
Deklarasi Sam Aliano sebagai calon presiden (capres)2019. (Robi/ Alinea)
Politik
Jumat, 27 April 2018 12:10

Deklarasi capres Sam Aliano, upaya menabung pengaruh

Setelah sebelumnya JOSS mendeklarasikan Jokowi-Susi sebagai calon pemimpin 2019. Kini muncul #Save2019 yang dorong Sam Aliano nyapres.
swipe

Sekelompok masyarakat yang tergabung dalam #Save2019 kemarin, Kamis (26/4) mendeklarasikan bendahara Partai Idaman Sam Aliano sebagai calon RI-1 di pemilu mendatang. Tak tanggung-tanggung, sejumlah perempuan seperti Susi Pudjiastuti dan mantan istri Ahok Veronica Tan, didapuk sebagai sosok paling cocok menjadi pendamping Sam.

Sam sendiri di mata mereka adalah figur nasionalis yang punya misi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam spanduk dan billboard kampanyenya, ia selalu menawarkan dua program penting, umroh gratis dan menghapus utang Indonesia.

Program terakhir itu menurutnya, menjadi faktor penghambat kenapa perekonomian Indonesia gagap dan sukar maju. Selain itu, imbuhnya, utang juga merusak struktur ekonomi rakyat dan menjadi beban berat anak cucu.

Janji Sam ini tak akan terwujud tanpa bantuan calon wakil presiden (cawapres) yang juga kompeten. Nama Susi dan Veronica ditunjuk karena mereka menjadi representasi perempuan hebat, cerdas, dan melambangkan "Kartini zaman now".

Lebih detail dia menyebut, sosok Veronica mendatangkan hoki, sehingga bisa mengantarkan Ahok menjadi Gubernur DKI di periode silam.

"Siapa tau saya ini bisa menjadi Presiden Indonesia 2019," katanya. 

Sam optimis akan meraih kemenangan telak dan menumbangkan calon lainnya dalam pemilu mendatang. Pernyataan tersebut didasari kekhawatiran sejumlah pihak akan kehadiran sosok alternatif di tengah belantara elit politik yang sudah jumud.

"Saya adalah calon alternatif yang membawa kedamaian untuk Indonesia dan membawa salju untuk Indonesia," kata Ketua Umum Pengusaha Muda Indonesia tersebut.

Apalagi, di tengah perseteruan antara parpol, dia berkomitmen akan menjadi solusi untuk menghentikan perseteruan itu.

Keyakinan Sam tak bisa dilepaskan dari kiprahnya di dunia politik dan ekonomi yang telah digelutinya. Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Bendahara Kebangkitan Jawara dan Pengacara (Bang JAPAR), ormas bentukan Senator DKI Jakarta, Fahira Idris ini bahkan sudah terang-terangan akan "melamar" bekas istri Ahok itu sebagai wakilnya. 

Upaya menabung pengaruh

Upaya deklarasi pendiri PT Samco Group ini dinilai hanya wujud menabung pengaruh untuk momentum politik di masa depan. Mengingat dengan aturan ambang batas presiden yang mensyaratkan perolehan suara 20% di parlemen, Sam jelas tak punya taji. Apalagi ia hanya mengandalkan kekuatan relawan dan didukung Partai Idaman--partai yang tak lolos verifikasi KPU.

Usaha menabung pengaruh juga dilakukan sejumlah calon. Di pilkada DKI Jakarta lalu, sosok Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dimunculkan, alih-alih untuk menjadi DKI-1, kekalahannya justru tak membuatnya merugi. Lewat kampanye yang ia lakukan, AHY sebetulnya sudah mencicil dukungan massa untuk posisi prestisius di masa depan. Entah jadi cawapres 2019 atau capres 2024.

Sementara itu, sosiolog Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, Musni Umar menjelaskan, fenomena munculnya relawan yang kemudian mendeklarasikan calon tertentu, lebih karena ingin mendapatkan 'kue' dari perhelatan politik.

Apalagi, pada pertarungan tersebut, peserta pemilu mengeluarkan dana yang diharapaan mereka dilibatkan di dalamnya. "Kalau telah memenangkan pertarungan, para relawan bisa mendapatkan 'kue' dari kemenangan. Sebenarnya sesederhana itu saja," katanya.

Jadi tidak mungkin para relawan tersebut tidak memiliki motif tertentu. Apalagi jika kegiatan tersebut sampai menghabiskan waktu. Sebagai contoh pada saat pertarungan pilgub DKI, pada saat itu juga banyak relawan yang hadir. Jika benar mereka melakukannya berlandaskan ideologi, perjuangan yang dilakukan tentunya akan dilakukan dengan sebenar-benarnya. Hanya saja, saat ini tidak banyak idealisme yang seperti itu. Tidak banyak cita-cita besar yang diperjuangkan. Sebagian besar hanya berupaya bagaimana bisa mendapatkan 'kue' dari pesta tersebut.

img
Robi Ardianto
Reporter
img
Purnama Ayu Rizky
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan