close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Calon wakil gubernur DKI Jakarta Rano Karno alias si Doel blusukan ke kawasan Pasar Glodok, Jakarta, September 2024. /Foto Instagram @si.rano
icon caption
Calon wakil gubernur DKI Jakarta Rano Karno alias si Doel blusukan ke kawasan Pasar Glodok, Jakarta, September 2024. /Foto Instagram @si.rano
Politik
Jumat, 25 Oktober 2024 12:23

Di balik meroketnya elektabilitas Pram-Doel di Pilgub DKI

Elektabilitas Pramono-Rano Karno menyalip pasangan Ridwan Kamil-Suswono dalam survei LSI.
swipe

Calon gubernur dan wakil gubernur (cagub-cawagub) DKI Jakarta Ridwan Kamil-Suswono (Rido) tak lagi dominan di Pilgub DKI. Sigi Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis belum lama ini menunjukkan elektabilitas Rido disalip pasangan Pramono Anung-Rano Karno (Pram-Rano).

Menurut catatan LSI, tingkat keterpilihan Pram-Rano mencapai 41,6% pada pertengahan Oktober 2024 atau naik di kisaran 11% jika dibandingkan hasil survei LSI pada September 2024. Ketika itu, Pram-Rano hanya mengantongi 28,4%.

Dalam sigi terbaru LSI, pasangan Rido mengoleksi elektabilitas sebesar 37,4%. Padahal, dalam survei sebelumnya, tingkat keterpilihan Rido mencapai 51,8%. Pasangan Dharma Pongrekun-Kun Wardhana (Dharma-Kun) relatif stagnan dengan mengantongi elektabilitas 6,6%.

Survei teranyar LSI dilakoni usai debat perdana cagub-cawagub DKI Jakarta, tepatnya pada 10-17 Oktober 2024. Survei melibatkan 1.200 warga DKI yang berusia di atas 17 tahun. Tingkat kepercayaan survei sebesar 95% dengan batas galat kisaran 2,9%.

Manager Program Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad merinci sejumlah faktor yang kemungkinan menjadi penyebab elektabilitas Pram-Rano meroket. Salah satunya ialah popularitas Rano yang belakangan kembali dikenal publik sebagai si Doel.

Sebelum terjun ke dunia politik dan bergabung dengan PDI-Perjuangan, Rano dikenal sebagai aktor dan pemain sinetron. Namanya terutama melambung saat menerangkan tokoh si Doel dalam sinetron si Doel Anak Sekolahan.

"Kedua, faktor meningkatnya kedikenalan Pramono Anung. Bulan lalu, Pramono baru dikenal sekitar 50-an persen, sekarang sudah 61-an persen. Peningkatan popularitas ini juga diikuti dengan peningkatan penerimaan publik padanya," kata Saidiman kepada Alinea.id, Rabu (23/10).

Faktor lainnya ialah performa debat. Menurut Saidiman, penonton debat pertama menganggap Pramono-Rano memenangkan adu gagasan dengan pasangan Rido dan Dharma-Kun. "Dan programnya dinilai paling baik. Ini sedikit banyak menggeser sebagian pemilih RK-Suswono ke Pramono-Rano," imbuh dia.

Selain itu, menurut Saidiman, faktor etnisitas juga turut mempengaruhi preferensi politik warga DKI. Dari sisi kesukuan, Pramono lebih merepresentasikan suku Jawa dan Rano mewakili suku Betawi. "Dua etnis ini sangat dominan di Jakarta, sekitar 64 persen," jelasnya. 

Peneliti Charta Politika Ardha Ranadireksa menilai elektabilitas Pram-Rano terkerek naik karena migrasi dukungan pemilih dari pasangan Rido. Perpindahan dukungan terjadi lantaran sosialisasi masif dari Pram-Rano dan tingkat kesukaan masyarakat terhadap pasangan itu mulai naik. 

"Pram-Doel berhasil lebih menyerap aspirasi masyarakat dalam sosialisasi mereka selama ini. RK-Suswono, saya pikir, agak stagnan dalam kampanye atau sosialisasinya. Ini bisa dilihat di survei LSI juga karena kalau kita lihat dari tingkat pengenalan sebenarnya belum banyak berubah," kata Ardha kepada Alinea.id, Rabu (23/10).

Stagnannya elektabilitas Rido, menurut Ardha, juga merupakan cerminan melempemnya kinerja mesin politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Pilgub DKI. Sebagai pemenang Pileg DPR DKI, PKS seharusnya mampu merawat elektabilitas pasangan Ridho. Apalagi, Suswono ialah kader PKS. 

"PKS biasanya ini cukup militan. Namun, (kerja-kerja politik PKS) relatif adem ayem sampai dengan saat ini. Ini juga berpengaruh" kata Ardha. 

Faktor krusial lainnya yang menyebabkan elektabilitas RK-Suswono melorot ialah sentimen identitas. RK masih diasosiasikan sebagai pendukung Persib Bandung atau Bobotoh garis keras. Banyak pemilih yang juga suporter Jak Mania menolak pasangan Rido karena itu. 

"Ada peran cukup penting di pertanyaan soal Jak Mania. Kita sama-sama tahu Kang Emil ini kan bobotoh yang cukup militan. Kang Emil belum berhasil untuk mengubah itu karena di survei mereka yang menyatakan diri Jak Mania lebih memilih Pram-Doel," ucap Ardha. 

Di sisi lain, figur Rano Karno kian melekat dengan citranya sebagai anak Betawi karena romansa si Doel. "Saya pikir juga harus digaris bawahi. Faktor ini cukup kuat untuk mengerek elektabilitas Pram-Doel," kata Ardha. 

 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan