Tersingkirnya para calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dari kalangan petahana menjadi salah satu pertanyaan anggota DPR dalam rapat dengar pendapat (RDP) antara Komisi III DPR RI dan Panitia Seleksi Calon Pimpinan KPK di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (9/9).
"Pertanyaannya, apakah mereka ada yang berubah sehingga tak lolos pada tes yang sama? Atau pansel yang sekarang nyesel, 'kok ngelulusin orang ini?'". Gitu lho," ujar anggota Komisi III Muhammad Syafii di RDP.
Dari 10 nama yang disodorkan Presiden Joko Widodo ke DPR, hanya Alexander Marwata yang lolos hingga ke tahap akhir. Dua Wakil Ketua KPK lainnya, yakni Basaria Panjaitan dan Laode Muhammad Syarif, gagal di tahap penilaian karakter dan tes psikologi.
Padahal, menurut Syafii, Laode kerap menjadi juru bicara KPK dalam rapat-rapat dengan Komisi III. Ia juga menyebut tak lolosnya Basaria cukup mengagetkan. Pasalnya, Basaria sempat digadang-gadang layak menduduki posisi ketua di KPK.
"Ini mengejutkan saya karena waktu periode lalu, (Basaria) termasuk yang top. (Dia) dianggap (salah satu calon) yang sangat-sangat punya kemampuan untuk menjadi Ketua KPK. Tapi, di periode ini, (tes) psikologi aja enggak lulus," kata Syafii.
Syafii mengaku heran keduanya tak lolos meskipun pada periode lalu diloloskan oleh Yenti Garnasih dan Harkristuti Harkrisnowo. Yenti dan Harkristuti tercatat sebagai anggota pansel capim KPK periode 2015-2019.
Anggota Pansel Capim KPK Hamdi Muluk membela keputusan pansel mengeleminasi keduanya. Menurut dia, capim KPK yang sekarang memiliki kualitas yang lebih baik dibanding periode sebelummya, termasuk dari sisi psikologi.
"Tes psikologi itu tidak ada persoalan dengan waktu dan tidak ada jaminan, pada waktu yang sama, hasilnya akan sama. Mungkin karena orang kan kapasitas bisa menurun," kata Hamdi.
Sebelumnya, Ketua Pansel Capim KPK Yenti Ganarsih menepis tudingan pansel meloloskan kandidat pimpinan KPK yang dititipkan. Menurut dia, tidak ada intervensi terhadap kinerja pansel selama ini.
"Tidak ada titipan. Yang jelas, kalaupun ada, tidak sampai ke pansel. Tidak ada yang menyampaikan titipan siapa dan bagaimana. Orang nitip, ya, boleh saja. Tetapi, yang penting kami tidak hiraukan titipan itu," ujar Yenti.