Ekonomi biru ala Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud: Siapa unggul?
Merealisasikan ekonomi biru sama-sama menjadi salah satu misi utama pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD jika memenangi Pilpres 2024. Keduanya berniat menggenjot pendapatan domestik bruto (PDB) nasional dari sektor kelautan yang selama ini belum maksimal.
Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Dradjad Wibowo mengatakan hilirisasi maritim bakal jadi fokus utama Prabowo-Gibran dalam membangun ekonomi biru. Dalam hal ini, Prabowo-Gibran bakal berupaya memastikan semua komoditas yang dihasilkan dari laut memiliki nilai tambah sebelum dijual di pasar domestik atau diekspor.
"Di dalam 17 program, kami secara spesifik menyebut hilirisasi maritim. Hal ini diharapkan akan meningkatkan nilai tambah sektor maritim secara signifikan dan sekaligus menaikkan kesejahteraan nelayan dan penduduk pesisir. Orang sering terlupa dengan hilirisasi di sektor kelautan ini," kata Dradjad kepada Alinea.id, Senin (13/11) malam.
Dalam dokumen visi-misi bertajuk "Prabowo-Gibran 2024: Bersama Indonesia Maju", Prabowo-Gibran memaparkan 8 misi utama. Salah satunya ialah memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.
Secara khusus, ekonomi biru bakal digarap melalui sejumlah upaya, semisal hilirisasi, peningkatan produksi, penguatan tata kelola logistik dan pelabuhan, mendorong riset kelautan, penyederhanaan periziinan, serta meningkatkan akses keuangan di sektor kelautan dan maritim.
Menurut Dradjad, ekonomi biru sebenarnya sudah mulai dikembangkan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) sejak mencanangkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Itu setidaknya terlihat dari pembentukan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi sebagai "komandan" di sektor tersebut.
"Selain itu, ada kementerian teknis sendiri. Jadi, secara political will dan kelembagaan, sektor kelautan ini digarap serius. Meningkatkan kontribusi sektor maritim terhadap PDB tidak mudah karena sektor lain kan tumbuh juga. Agar porsinya naik, berarti sektor maritim harus tumbuh lebih cepat dari sektor lain," kata dia.
Misi memaksimalkan ekonomi biru, kata Dradjad, juga bakal ditopang oleh program-program lain yang digagas Prabowo-Gibran. Ia mencontohkan 8 program hasil terbaik cepat (PHTC) yang juga meliputi masyarakat pesisir dan nelayan.
"Program makan siang dan susu gratis bagi anak-anak sekolah, misalnya, akan sangat membantu pengeluaran rumah tangga nelayan. Demikian juga dengan 7 PHTC lainnya. Itu beberapa program andalannya," ujar politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Pendapat berbeda diungkap juru bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD (Ganjar-Mahfud), Chico Hakim. Menurut Hakim, sektor ekonomi biru belum tergarap secara baik selama pemerintahan Jokowi.
"Cita-cita ini (poros maritim dunia) sungguh bagus, namun dalam perjalanannya tidak terwujud bahkan bisa dibilang stagnan atau tertatih tatih-tanpa kemajuan yang berarti dari tahun ke tahun," ucap Hakim kepada Alinea.id.
Sebagaimana tertuang dalam dokumen visi-misi mereka, setidaknya ada 8 program unggulan Ganjar–Mahfud yang disiapkan untuk mewujudkan misi tersebut. Pertama, mengakselerasi 11 potensi maritim, semisal mendorong potensi perikanan tangkap, mendongkrak produksi perikanan budidaya, dan membangun industri pengolahan hasil perikanan.
Kedua, penangkapan ikan terukur berbasis kuota dan zonasi. Ketiga, tata kelola laut yang inklusif dan berkelanjutan. Keempat, program maritim unggul (MU) yang utamanya mendorong peningkatan konektivitas maritim. Kelima, membangun industri galangan kapal. Keenam, mendorong industri perikanan dan hasil laut. Ketujuh, mengatasi pencemaran laut. Terakhir, meningkatkan potensi wisata maritim.
Hakim mengatakan Ganjar-Mahfud menjadikan ekonomi biru sebagai salah program andalan berkaca pada luasnya wilayah lautan Indonesia. Namun, potensi ekonomi dari laut itu minim sumbangsihnya terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.
"Kami memilih fokus yang prioritas pada ekonomi biru karena melihat fakta bahwa sebagai negara yang 77% wilayahnya adalah lautan ini belum mampu mengkapitalisasinya sebagai ujung tombak PDB. Angka 7,6% (PDB dari sektor maritim) sangat kecil dibandingkan potensi yang ada," kata Hakim.
Wilayah pesisir dan laut Indonesia mengandung potensi ekonomi yang luar biasa besar, baik SDA terbarukan, SDA tak terbarukan, dan jasa-jasa lingkungan. Nilainya diperkirakan sekitar US$1,4 triliun per tahun atau 1,5 kali PDB Indonesia. Potensi SDA tersebut bisa menciptakan lapangan kerja bagi 45 juta orang.
Namun demikian, menurut Hakim, pemanfaatan potensi ekonomi kelautan itu masih sangat rendah. Salah satu indikatornya ialah rendahnya gelontoran anggaran untuk sektor kelautan. Itu menyebabkan distribusi pendapatan dari sektor kelautan juga tidak meningkat.
"Permasalahannya bukan pada cita-cita, tapi pada keseriusan dalam upaya mewujudkannya. Tercermin pada tidak adanya penekanan tentang ketahanan laut Indonesia di APBN dari tahun ke tahun," ujar Hakim.
Hakim berkata dalam mengoptimalkan misi ekonomi biru, Ganjar-Mahfud bakal memulainya dengan menggali potensi-potensi yang paling mudah dijangkau dan dikapitalisasi, seperti memasifkan budidaya rumput laut di berbagai daerah.
"Rumput laut yang hanya butuh tak sampai jarak puluhan meter dari pantai untuk melakukan budi daya. Artinya, investasi yang dibutuhkan tidak terlalu besar dan sangat mungkin direalisasikan segera dan serentak di banyak wilayah," ucap Hakim.
Tak boleh setengah hati
Direktur Program Institute for Development Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti berpendapat siapa pun yang jadi pemenang di Pilpres 2024 tak boleh setengah hati menggarap ekonomi biru. Dengan begitu, kontribusi perekonomian dari sektor laut yang baru sekitar 7,6% dari PDB bisa ditingkatkan.
"Indonesia punya potensi untuk mengembangkan ekonomi biru karena INDEF juga telah membuat roadmap hilirisasi sektor perkebunan dan perikanan dan kelautan. Banyak peluang di sektor perikanan dan kelautan yang bisa dikembangkan. Contohnya, udang, rumput laut, ikan. Selama ini, kita mengekspor, tapi nilainya masih rendah," kata Esther kepada Alinea.id.
Esther sepakat hilirisasi sebagai salah satu strategi untuk memaksimalkan potensi ekonomi biru. Di lain sisi, pemerintah juga harus berupaya meminimalisasi penncurian ikan dan memperkuat pengamanan perairan di area perbatasan antarnegara.
"Teknologi juga perlu dikembangkan. Misalnya, bagaimana Indonesia mengekspor ikan dalam kondisi masih segar dari saat ditangkap sampai di negara tujuan ekspor. Ikan tidak mati berkali-kali. Bangun industri pembuatan garam karena selama ini Indonesia masih impor garam padahal kita negara kelautan," kata Esther.
Terakhir, menurut Esther ialah peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di sektor pengolahan komoditas sektor perikanan dan kelautan. Tujuannya supaya tidak ada lagi nelayan yang hidup di bawah garis kemiskinan dan profesi nelayan tetap diminati.
"Upgrade kemampuan sumber daya manusia dan bangun industri pengolahan komoditas sektor perikanan kelautan agar tidak ada lagi kampung kampung nelayan miskin. Mereka bisa menjadi supporting item di industri itu," jelas dia.