close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat peresmian PIDI 4.0 di Jakarta, Kamis (2/12/2021). Dokumentasi Setkab
icon caption
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat peresmian PIDI 4.0 di Jakarta, Kamis (2/12/2021). Dokumentasi Setkab
Politik
Selasa, 11 Januari 2022 12:14

Elektabilitas Airlangga Hartarto kalah dari Dedy Mulyadi

Rendahnya elektabilitas Airlangga Hartarto akan memengaruhi eksistensi Partai Golkar.
swipe

Elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto belum menunjukkan perkembangan signifikan jelang pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Sejauh ini, publik lebih memilih Dedy Mulyadi ketimbang Airlangga sebagai kader Partai Golkar yang masuk dalam survei top of mind Indikator Politik Indonesia terbaru.

Dalam survei itu, Dedy menempati urutan ke-9 dengan persentase 1,0%. Sedangkan Airlangga Hartarto berada di posisi ke-29 dengan persentase dipilih responden sebesar 0,1%.

Pengamat politik dari Universitas Universitas Airlangga Suko Widodo menilai, Partai Golkar belum cukup getol mempromosikan Airlangga. Publik lebih memilih Dedy lantaran mantan Bupati Purwakarta itu aktif di media sosial.

"Sejauh ini Dedy aktif di medsos dan kontennya cukup menarik. Cara pencitraan Airlangga kurang tepat," kata Suko saat dihubungi Alinea.id, Senin (10/1) malam.

Menurut Suko, belum meningkatnya elektabilitas Airlangga bukan berarti Menko Perekonomian itu tidak diterima publik. Dalam kacamatanya, Airlangga belum cukup intens melakukan komunikasi politik.

"Saya melihat lebih karena Airlangga kurang intensif melakukan komunikasi publik," ujar dia.

Suko menambahkan, elektabilitas Airlangga yang belum mengalami perubahan tak lepas dari strategi politiknya yang kurang efektif. Padahal, sudah banyak fotonya beredar melalui berbagai billboard di sejumlah daerah.

"Bisa juga karena support Golkar di daerah kurang terhadap ketuanya. Sehingga usaha mendekatkan Airlangga ke warga kurang intensif," ucap dia.

Menurut Suko, survei Indikator Politik Indonesia harusnya menjadi patokan bagi Golkar dan Airlangga untuk lebih gencar lagi. Suko mengatakan, jika elektabilitas Airlangga tidak mengalami perkembangan ke depan, bukan tidak mungkin akan merugikan reputasi partai berlambang pohon beringin itu sebagai salah satu partai papan atas di Tanah Air.

"Pastilah akan merugikan perkembangan Golkar. Golkar kurang aktif melakukan komunikasi politik. Padahal cara terbaik menjaga reputasi di mata publik hanya dengan melakukan komunikais politik secara intensif," ucapnya.

Di sisi lain, Suko mengatakan Partai Golkar tampak tidak sesolid dahulu kala menghadapi Pemilu.

Sebelumnya, politikus senior Golkar Melchias Markus Mekeng mengakui rendahnya elektabilitas Airlangga tak lepas dari komunikasi politik yang belum intens. Dia berharap agar ketua umumnya itu lebih bisa turun menyapa masyarakat. Sedangkan, Dedy Mulyadi menurutnya sudah intens melakukan komunikasi dan publikasi di media sosial, termasuk terjun ke lapangan.

"Kalau ada yang ingin jadi pemimpin dan masih di bawah (elektabilitasnya-Red) ya berubahlah gayanya, supaya bisa menguber menjadi yang di atas. Semuanya termasuk Pak Airlangga, karena ini fakta," kata Mekeng, Senin (10/1).

img
Marselinus Gual
Reporter
img
Ayu mumpuni
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan