Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Selasa (21/8) merilis survei elektabilitas pasangan capres-cawapres di Pilpres 2019. Hasil survei yang dilakukan terhadap 1.200 responden ini menunjukkan, Jokowi-Maruf masih unggul dibanding rivalnya, Prabowo-Sandiaga.
Peneliti senior LSI Denny JA Adjie Alfarabi mengungkapkan, Jokowi-Maruf dipilih oleh 52,2% responden. Sementara Prabowo-Sandiaga mengantongi suara 29,5%. Di luar itu, responden yang tidak menjawab mencapai 18,3%.
"Jokowi telah mencapai magic number di atas 50%," ujar Adjie di Kantor LSI Denny JA. Mereka unggul di lima segmen pemilih, sedang lawannya hanya unggul di satu segmen sisanya. Lima segmen yang dimaksud, yakni pemilih Muslim 52,7%, pemilih non-Muslim 47,5%, masyarakat ekonomi rendah 54,7%, perempuan 50,2%, dan milenial 50,8%. Sementara itu, Prabowo-Sandiaga Uno hanya unggul di kantong pemilih kaum terpelajar 44,5%.
Kendati begitu, elektabilitas Prabowo-Sandiaga dianggap masih bisa didongkrak, lantaran para konstituen mereka berasal dari kalangan kaum terpelajar. Mereka umumnya berasal dari latar pendidikan strata 1 atau lebih, dan cenderung mampu menggiring opini publik.
"Walaupun kecil, mayoritas mereka adalah influencer yang dapat memengaruhi persepsi publik," papar Adjie dalam rilis survei tersebut di Rawamangun, Jakarta, hari ini.
Sayangnya, Prabowo-Sandi gagal mendulang suara dari kalangan perempuan dan millenial. Padahal pasangan ini dari awal terang-terangan menyebut pangsa mereka adalah kaum 'emak-emak' dan generasi muda. Sandiaga Uno mengklaim dirinya menjadi pembela golongan tersebut dalam orasi pascapendaftaran Pilpres di gedung KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Jumat (10/8).
"Ini partai emak-emak belum terepresentasi di sini. Kami akan berjuang untuk partai emak-emak," ujar Sandiaga kala itu.
Sikap Sandiaga yang dikesankan pro-emak-emak juga direpresentasikan dengan program OK OCE, yang diadaptasi dari program di DKI. Tak hanya itu, ketika menjabat Wagub DKI Jakarta, Pemprov juga mengajak Permodalan Nasional Madani (PMN) menggulirkan kredit usaha khusus bagi emak-emak. Lagi-lagi, ia menyebut emak-emak saat Pemprov sukses meredam inflasi di Ramadan lalu.
Selanjutnya, di Pilpres mendatang, Sandi berulang kali menegaskan keberpihakannya pada emak-emak, yang dikaitkan dengan isu ekonomi. Baginya, capres-cawapres terpilih mestinya bisa mencuri hati ibu-ibu rumah tangga.
Maruf bikin pemilih non-Muslim dan millenial tinggalkan Jokowi
Menurut Adjie, digandengnya Maruf Amin sebagai pendamping Jokowi, memperlihatkan tren negatif. Pasalnya, Maruf telah menggerus elektabilitas Jokowi dari kalangan pemilih non-Muslim dan millenial.
"Di ranah pemilih Muslim memang naik, yang tadinya di angka 51,7% pas dipasangkan dengan Maruf Amin jadi 52,3%. Nah, di pemilih non-Muslim ini yang turun, sebelumnya di angka 70,3%, saat dipasangkan dengan Maruf jadi 51,5%," paparnya.
Berbeda dengan Sandiga Uno, data LSI menunjukan, mantan wakil gubernur DKI Jakarta ini cenderung menunjukkan tren positif bagi Prabowo Subianto.
"Kebanyakan naik semua dari enam segmen itu. Artinya Sandi cukup memberi efek positif bagi Prabowo. Contohnya di segmen perempuan yang saat Prabowo belum sama Sandi, itu hanya di angka 25,2%. Namun, saat sama Sandi naik jadi 30,0%," terangnya.
Kenaikan serupa juga tampak dari kalangan pemilih pemula, yang mulanya hanya 34,2% jadi 39,5 saat Prabowo menggandeng Sandi. "Ini artinya, Maruf mengurangi pemilih Jokowi, sebaliknya Sandiaga menambah pemilih Prabowo Subianto," ujarnya.
Kendati demikian, apabila disandingkan secara linear, Ma'uf Amin masih mengungguli Sandiga Uno di semua segmen pemilih, kecuali latar millenial, kalangan terpelajar, dan segmen perempuan.
"Jadi ada unsur Pak Jokowi, yang membuat pasangan ini masih bisa unggul. Bukan faktor Maruf. Sementara di kubu Prabawo, Sandiaga yang membawa tren positif," tuturnya.
Survei LSI ini dihimpun dari 12 sampai 19 Agustus 2018, dengan menggunakan metode multistage random sampling dan margin of eror sebesar 2,9 %.