Pilihan calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo dan Prabowo Subianto sebagai pendamping di Pemilu Presiden (Pilpres) 2019, mengubah peta elektabilitas keduanya. Jokowi berpasangan dengan Maruf Amin, sedangkan Prabowo berduet dengan Sandiaga Uno.
Dalam hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, usai pendaftaran kedua pasangan ke KPU, Jokowi-Maruf unggul dibandingkan pasangan Prabawo-Sandiaga. Jokowi-Maruf Amin mendapat elektabilitas sebesar 52,2%, sementara Prabowo-Sandiaga hanya mendapatkan 29,5% .
Angka elektabilitas Jokowi-Maruf yang telah mencapai the magic number atau di atas 50%, telah memperpanjang jarak dengan rivalnya sebesar dua digit.
Menurut Peneliti LSI Adjie Alfaraby, hasil tersebut hampir menyamai perolehan suara Jokowi pada pilpres 2014, yakni sebesar 53,15%.
Meski demikian, ia mengatakan, hal tersebut belum menjamin posisi aman bagi Jokowi. Berkaca dari Pilpres 2014, suara Jokowi memperlihatkan penurunan seiring strategi kampanye yang digulirkan oleh pihak lawan pada hari jelang pencoblosan waktu itu, yaitu pasangan Prabawo-Hatta Rajasa.
"Belajar dari Pilpres 2014, Jokowi harus hati-hati. Elektibilitas Jokowi unggul jauh di awal, namun makin mengecil di akhir," paparnya.
Tak hanya itu, Adjie juga mengatakan dengan masa waktu kampanye yang cukup panjang pada Pilpres kali ini, yaitu hampir 8 bulan, masih terbuka peluang yang imbang bagi kedua kandidat Pilpres 2019.
"Pilpres 2019 masih 8 bulan lagi, masih cukup waktu untuk bermanuver, strategi dan isu yang tepat, bisa menjawab peluang kemenangan kedua kandidat," ucapnya.