close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Erick Thohir (kiri) dan mantan cawapres Sandiaga Uno (kanan) menunjukkan kaus bernomor 03 yang melambangkan sila ketiga Pancasila persatuan Indonesia saat mengikuti acara
icon caption
Erick Thohir (kiri) dan mantan cawapres Sandiaga Uno (kanan) menunjukkan kaus bernomor 03 yang melambangkan sila ketiga Pancasila persatuan Indonesia saat mengikuti acara "Young Penting Indonesia" di Jakarta, Sabtu (13/7)./ Antara foto
Politik
Minggu, 18 Agustus 2019 15:09

Erick Thohir malu-malu jawab peluang jadi menteri Jokowi

Menurut Erick, siapa pun yang terpilih adalah orang-orang yang bekerja keras dan berkeringat untuk Jokowi.
swipe

Mantan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Erick Thohir malu-malu menjawab soal peluang dirinya menjadi menteri dalam kabinet Jokowi di periode mendatang.

"Saya rasa begini, saya tidak tahu. Saya rasa pak Presiden punya pemikiran dan juga punya visi luar biasa. Tentu seyogyanya, kita-kita yang muda mendukung," kata Erick, saat ditemui di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (18/8).

Erick menuturkan, siapa pun yang terpilih mengisi jabatan menteri adalah orang-orang yang bekerja keras dan berkeringat untuk Jokowi.

"Saya harapkan kembali, siapa pun yang terpilih dan sudah banyak yang bekerja, berkeringat untuk pak Jokowi. Saya rasa banyak figur yang bagus-bagus," ujarnya.

Namun, apabila nantinya tak menjadi pembantu Jokowi dalam kabinet 2019-2024, Erick mengaku tak kecewa. Ia masih memiliki mimpi-mimpi lainnya yang ingin dicapai. Ia mengatakan kontribusi tidak hanya bisa diberikan jika masuk ke dalam, tetapi juga dapat dilakukan di luar pemerintahan.

"Karena saya rasa banyak mimpi-mimpi lain juga. Saya pernah bilang, bagaimana kita ini juga bisa berkontribusi melalui swasta, tidak kalah dengan pemerintah," katanya.

Menurut dia, nantinya, menteri terpilih harus bisa bekerja keras dan kompak.

"Sama seperti tadi saya bilang, anak muda harus berani bermimpi, tapi jangan hanya bermimpi saja kalau hariannya tak dikerjakan," tuturnya.

Ia melanjutkan. saat ini generasi Indonesia berada di usia produktif yang 58% usianya berada di bawah 35 tahun. Menurutnya, modal ini yang menjadi faktor penggerak pemerintahan ke depan agar transformasi pemerintahan bergerak makin cepat.

"Nah, yang kita harapkan tentu dengan adanya kementerian yang profesional didukung juga oleh menteri yang senior.  Kita bisa melakukan perubahan secara cepat, karena musuh kita sekarang waktu," ucapnya.

Karena, lanjutnya, besarnya dunia itu bukan karena besarnya penduduk, tapi terkait masing-masing negara mengantisipasi cepatnya perubahan. 

"Kita ini tidak boleh tertinggal," imbuhnya.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan