Juru Bicara Presiden RI, Fadjroel Rachman, menegaskan, demokrasi di Indonesia saat ini baik-baik saja. Bahwa ada masa pasang dan masa surut itu hal biasa saja.
Fadjroel mengatakan itu dalam peluncuran buku "Demokrasi di Indonesia: Dari Stagnasi Menuju Kemunduran?" yang dihelat Public Virtue Research Institute secara daring, Minggu (24/10).
Buku "Demokrasi di Indonesia" dieditori oleh Thomas Power dan Eve Warburton. Keduanya adalah dosen di University of Sydney, Australia. Buku hasil riset keroyokan itu menyimpulkan demokrasi di Indonesia kini sedang dalam kondisi terburuk sejak reformasi berlangsung.
Regresi demokrasi tersebut, jelas Thomas dan Eve, datang melalui dua arah, yakni dari atas yang diawali oleh negara, juga dari bawah yang diakibatkan masyarakat sendiri.
"Saya pengin segera dapat dan membaca bukunya, terutama untuk memberikan catatan. Apa saja indikatornya, apa saja yang dilihat hingga sampai pada kesimpulan itu," kata Fadjroel.
Kesimpulan demokrasi baik-baik saja versi Fadjroel merujuk pada hasil survei Saiful Mujani Research Consulting yang menyebut 84% masyarakat Indonesia menghendaki masa jabatan presiden hanya dua periode.
"Masterpice (yang kita perjuangkan saat reformasi) bahwa dua periode presiden itu tetap dipertahankan bersama-sama," jelas Fadjroel.
Fadjroel bercerita, ia adalah orang yang paling berbahagia karena selalu hadir ketika Presiden Jokowi terlibat dalam berbagai pembicaraan politik. Ia berjanji segera memberikan kepada Presiden Jokowi setelah menerima buku "Demokrasi di Indonesia" ini.
Mantan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Marzuki Darusman memuji isi buku ini. Ia bahkan mensejajarkan karya Thomas dan Eve ini setara buku The Rise of Capital karangan Richard Robion.
Karena itu, Marzuki meminta Public Virtue melibatkan para pimpinan partai politik guna mendiskusikan isi buku. Peran partai politik penting dalam memastikan demokrasi Indonesia ke depan baik-baik saja.
Di sisi lain, Marzuki mempertanyakan apa penyebab demokrasi di Indonesia terjadi kemunduran. Bahwa gejalanya seperti ditulis di buku memang terjadi. "Apakah gejala regresi ini bisa dihentikan," tanya dia.
Di sisi lain, Fadjroel memastikan meskipun buku ini berisi kritik pemerintah tidak akan melarang dan membredel buku tersebut. Ia mengisahkan, pada tahun 1990-an saat diskusi buku Richard Robison berjudul The Rise of Capital di ITB, ternyata buku itu dilarang.