Partai Keadilan Sosial (PKS) disebut Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah sulit untuk menembus syarat lolos empat persen parlemen threshold. Kondisi internal PKS disebut Fahri tidak memungkinkan PKS bisa lolos.
Fahri menilai kepengurusan PKS banyak yang tidak sesuai dalam rangka membawa partai pada kemajuan. Persoalannya terdapat pada kultur yang dibangun pimpinan PKS yang justru membuat PKS terkesan berantakan.
“Kalau yang dibangun kultur pimpinan PKS sekarang ini susah. Persoalan Wakil Gubernur DKI saja tidak beres-beres dan banyak masalah lain yang tidak sanggup dikerjakan. Akhirnya hanya bisa memecat kader,” ujar Fahri di Gedung Parlemen pada Senin (4/3).
Ia juga mengkritik permintaan penandatanganan surat kesetiaan terhadap partai yang diberlakukan oleh PKS terhadap seluruh kader. Hal tersebut justru membuat kesan kalau PKS sedang bermasalah dan berujung pada perpecahan.
Mantan kader PKS tersebut juga mengkritik pengurus saat ini yang memilih memecat kader. Hal tersebut bertolak belakang dengan tugas partai yakni memperluas basis dan membuka jaringan seluas-luasnya.
Menanggapi pernyataan Fahri, Wakil Ketua Majelis Syura PKS dan Wakil Ketua MPR RI 2014-2019 Hidayat Nur Wahid membantah keraguan Fahri. Alasannya, saat ini lima lembaga survei telah menyatakan PKS lolos dengan melewati ambang batas 4%.
Pengamat politik Universitas Islam Negeri Jakarta, Adi Prayitno menilai konflik antara PKS dan Fahri Hamzah membuat partai membatasi diri. Kerja politik PKS untuk memperluas basis massa tidak dilakukan, kecuali hanya mengandalkan organisasi sayap.
"Mesin politik partai harus solid dan mesti dikapitalisasi untuk menambah dukungan dan lolos senayan," kata Adi.
Cara tersebut sebenarnya mungkin dapat dilakukan PKS atau dengan cara menggaet swing voter. Adi juga mengingatkan agar partai jangan hanya menjual calon presiden Prabowo Subianto untuk mendongkrak keterpilihan partai.
Sebab kata Adi, Prabowo tidak banyak mengerek elektabilitas PKS. Begitu juga dengan partai pendukung Prabowo yakni PAN yang juga punya kesamaan dengan PKS berjuang meraih suara.