close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Gaduh PBNU bermain di arena Pilpres 2024. Siapa yang mendorong agar PBNU berpihak pada politik praktis? Dokumentasi NU Online
icon caption
Gaduh PBNU bermain di arena Pilpres 2024. Siapa yang mendorong agar PBNU berpihak pada politik praktis? Dokumentasi NU Online
Politik
Kamis, 25 Januari 2024 19:49

Gaduh PBNU "bermain" di arena Pilpres 2024

Adanya upaya mengarahkan PBNU mendukung salah satu paslon pilpres kali pertama diutarakan cendekiawan NU, Nadirsyah Hosen.
swipe

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dinilai berpihak kepada pasangan calon (paslon) nomor 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Kabar ini kali pertama diungkapkan cendekiawan NU, Nadirsyah Hosen.

Gus Nadir, sapannya, mengungkapkan, seluruh pengurus NU, dari cabang (PC), wilayah (PW), hingga PB, dikumpulkan di sebuah hotel di Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim). Namun, ia tidak memerinci kapan kegiatan tersebut berlangsung.

"Pengurus Rais 'Aam hadir, Ketua Umum hadir. Rais dan ketua Tanfidziyah seluruh Indonesia, PW-PC [hadir]. Gus Yahya (Ketua Umum PBNU, red) juga hadir. Lengkap," jelasnya, menyitir akun YouTube mojokdotco.

Gus Nadir melanjutkan, dalam pertemuan tersebut ada instruksi tidak tertulis agar menggerakkan struktur organisasi secara masif mendukung pasangan calon (paslon) nomor 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

"Saya mendapat informasi yang saya sudah cek, saya sudah tabayun ke sejumlah kiai sepuh yang hadir, bahwa memang ini menjadi masalah ketika retorika di luar adalah netral, ya, tapi ternyata lain di mulut, lain di pertemuan itu," ucapnya.

Ketua PBNU Bidang Keagamaan, Ahmad Fahrur Rozi, membantah pernyataan tersebut. Ia mengklaim, PBNU netral pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Dicontohkannya dengan penonaktifan sementara lebih dari 60 pengurus yang menjadi calon legislatif (caleg) maupun tim sukses (timses).

"Dalam jajaran kepengurusan PBNU yang dinonaktifkan terdapat timses dari semua capres (calon presiden). Semua wajib cuti selama musim kampanye agar tidak melibatkan organisasi NU," katanya, Selasa (23/1).

Hal senada disampaikan Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf. Ia justru menyebut pernyataan Gus Nadir memantik para pengikut Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU agar memenangkan Prabowo-Gibran.

"Jadi, mereka bergerak ini dampak dari pernyataan Prof. Nadirsyah karena PBNU tidak pernah menyampaikan atau merilisnya. Dan gerakan ini meluas karena pengikut Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU ini banyak sekali," beber Gus Ipul, sapaannya, dalam keterangannya.

Siapa tarik NU ke politik praktis?

NU merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia. Jumlah anggotanya, berdasarkan hasil penelitian Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 2023, mencapai 56,9% dari total 280 jutaan penduduk Indonesia. Angka ini besar dan signifikan.

Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Zaki Mubarok, menilai, ditarik-tariknya NU ke arena politik praktis tidak lepas dari doronga Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tujuannya, memenangkan Prabowo-Gibran dalam 1 putaran pilpres.

"Sehingga, Prabowo dan putra Jokowi tidak perlu bertanding lagi [di] putaran kedua," ujarnya kepada Alinea.id, Kamis (24/1). Apalagi, elektabilitas Prabowo-Gibran stagnan di kisaran 45-47%.

Apabila Pilpres 2024 berlangsung 2 putaran, ungkap Zaki, Prabowo-Gibran akan "canggung". Utamanya jika berhadapan dengan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Jika ini terjadi, maka Jokowi harus "gontok-gontokan" dengan Megawati Soekarnoputri dan kader PDIP di belakang layar. "Ini akan menjadi sangat dilematis bagi Jokowi," ungkapnya. 

"Ini yang dia tidak inginkan dan coba hindari. Sehingga, Jokowi akan melakukan apa pun," sambung Zaki.

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan