Gaduh Timnas Amin buntut silang pendapat Ahmad Ali dan Sudirman SaidInternal pasangan calon (paslon) nomor urut 1 pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar atau Amin, memanas. Pangkalnya, Head Coach Tim Nasional (Timnas) Amin cum Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali, dan Co-Captain sekaligus "tangan kanan" Anies, Sudirman Said, silang pendapat.
Mulanya, Ali menyampaikan, Timnas Amin takkan membangun komunikasi dengan paslon lain selama pilpres berlangsung. Pernyataan tersebut mengomentari sikap kubu Amin yang tampak kompak bersama poros paslon nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, menyerang pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka atau nomor urut 2 pascadebat calon wakil presiden (cawapres).
"Kami tidak akan pernah bersekutu dengan kelompok lain selain dengan rakyat, ya, termasuk [takkan berkongsi] dengan 03," tegasnya di Jakarta, Selasa (26/12). "Bagaimana kita bisa bersekutu? Kita sedang bertanding!"
Ali pun enggan berandai-andai tentang peluang Amin membangun kekuatan bersama poros Ganjar-Mahfud pada putaran kedua pilpres. Pangkalnya, wacana tersebut belum dibahas di internal Timnas Amin.
"Lawannya Anies ini Prabowo dan Ganjar, terus mau berkomunikasi? Apa enggak ada orang paling tolol? Ya, itulah kalau ada orang melakukan itu," katanya.
Pernyataan tersebut pun dikomentari Sudirman Said. Ia pun mengkritik Ali karena seakan-akan Timnas Amin menutup peluang berkoalisi dengan kandidat pilpres lainnya.
"Berkomunikasi dengan semua rekan kompetisi itu suatu wujud kematangan dan kecerdasan berpolitik. Sama sekali salah kalau Ali menyebutnya sebagai ketololan," ucapnya, Rabu (28/12).
"Saya ingin katakan, yang melarang komunikasi dengan para pihak yang sedang berkompetisi adalah orang tolol [berarti] enggak paham strategi," imbuhnya mengkritik Ali.
Sudirman pun heran mengapa Ali bisa berkomentar demikian. Apalagi memegang posisi strategis di Timnas Amin dan Partai NasDem.
"Saya tidak paham kenapa Saudara Ali, yang menjabat sebagai Pelatih Kepala Timnas Amin, ucapan-ucapannnya provokatif dan memancing keresahan bahkan di antara relawan dan pendukung Amin. Pun di antara partai-partai pengusung," bebernya.
NasDem geram
Pernyataan itu pun ditimpali Sekretaris Jenderal Partai NasDem, Hermawi Taslim. Ia menyampaikan, pihaknya menyesali komentar Sudirman lantaran menyinggu jabatan Ali, baik di Timnas Amin maupun partai.
"Kami menyesali pernyataan Sudirman Said yang masih membawa-bawa jabatan dan partai asal. Padahal, kita semua sudah melebur dalam TKN (tim kampanye nasional) dalam jabatan masing-masing," ujarnya, Jumat (29/12).
Ia berpandangan, mestinya semua tim sukses (timses) tidak membahas masalah internal ke ranah publik. Apalagi, menyeret-nyeret nama dan jabatan.
Hermawi mengingatkan, kehormatan Ali mestinya dijaga mengingat dimandatkan NasDem sebagai koordinator Amin pada Pilpres 2024. Dengan begitu, apa yang disampaikannya merupakan pandangan partai. "Sudirman seharusnya tidak mencampuri urusan internal Partai NasDem karena dia juga bukan kader Partai NasDem."
Politikus Partai NasDem, Achamd Rizki, menambahkan, Sudirman sebaiknya tidak lagi membicarakan hal ini di ranah publik. Namun, menyelesaikan di internal Timnas Amin dan tidak melebar (offside) ke ranah partai pengusung.
"SS (Sudirman Said) jadi pengurus Timnas Amin bukan dari partai pengusung. Jadi, jangan berkomentar yang aneh-aneh apalagi offside daripada kemudian bikin gaduh internal," sarannya.
Rizki melanjutkan, Sudirman masuk Timnas Amin karena faktor kedekatan dengan Anies. Sementara itu, Anies-Muhaimin bisa ikut berkontestasi berkat dukungan partai politik (parpol) pengusung. "Karenanya, kerjalah yang baik untuk Anies, jangan bikin kegaduhan."
Bagi caleg DPRD DKI Jakarta dari daerah pemilih (dapil) 8 ini, apa yang disampaikan Ali benar mengingat putaran pertama masih berlangsung dan pemungutan suara belum dilakukan. "Bagaimana mau bicara koalisi, sedangkan kita masih bersaing dengan paslon 02 dan 03?" tanyanya.
"Nanti, setelah hasil resmi KPU (Komisi Pemilihan Umum) soal putaran pertama dan menetapkan yang lolos putaran kedua, barulah ada komunikasi politik. Jadi, yang tidak paham strategi sebenarnya siapa?" cibir eks aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu.
Harus segera ditangani
Sementara itu, Direktur Demos Institute, Usni Hasanudin, berpandangan, masalah ini harus segera diselesaikan di internal Timnas Amin. Jika tidak, akan berpengaruh terhadap kerja-kerja timses.
"Ahmad Ali dan Sudirman Said memegang peran vital dan strategis di Timnas Amin, tentu akan berpengaruh secara psikologis di internal mereka. Apalagi, NasDem juga sudah angkat bicara. Kalau tidak segera ditangani, ini akan melebar dan akhirnya mengganggu kerja-kerja Timnas Amin," tuturnya kepada Alinea.id.
Usni berpendapat, silang pendapat antara Ali dan Sudirman bukanlah sesuatu yang mendasar sehingga tidak perlu dibesar-besarkan. Adanya perbedaan, menurutnya, lazim terjadi dan mestinya dibahas di internal untuk mencapai titik temu.
"Kalau kemudian dikomentari di ruang publik, ini justru keliru sekali pun benar. Sebab, ini punya ekses serius. Selain akan mengganggu kerja-kerja Timnas Amin, juga menjadi bahan 'pergunjingan' oleh pesaingnya bahkan oleh masyarakat," terangnya.
Mengingat keduanya memegang jabatan sentral, akademisi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) itu menyarankan penyelesaian konflik Ali dan Sudirman ditengahi figur senior di lingkungan Timnas Amin. "JK (Jusuf Kalla) atau Surya Paloh (Ketua Umum Partai NasDem, red) layak menjadi penengah."