Ketua Badan Pemenang Pemilu (Bappilu) DPP Partai Demokrat, Andi Arief, meyakini nahkodanya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) patut disandingkan dengan Anies Baswedan di Pilpres 2024. Sebab, pemilihan presiden merupakan kelas nasional, bukan level provinsi apalagi kabupaten/kota.
Andi menyampaikan hal itu merespons pihak-pihak yang mendorong untuk Gubernur Jawa Tegah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Guburnur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa untuk mendampingi Anies Baswedan di Pemilu 2024.
"Pilpres kita kan pilpres nasional, bukan pilpres wilayah yang basisnya wilayah, jadi bukan pilpres yang dipisah pisah antara pemilu di Jawa Timur Timur dengan pemilu di seluruh Indonesia. Jadi itu kesalahan berpikir," kata Andi Arief kepada wartawan, Kamis (9/3).
Menurut Andi Arief, jika seseorang berasal dari satu daerah, sudah tentu akan didukung oleh daerah tersebut untuk beberapa hal. Namun, bukan berarti dukungan masyarakat tersebut merepresentasikan suara dominan daerah tersebut, apalagi suara nasional.
"Kesalahan berpikir yang kedua adalah bahwa kalau seseorang berasal dari satu daerah dia pasti akan didukung oleh daerah itu ya mungkin untuk beberapa hal. Misal, kayak Pak Ganjar. Pak Ganjar paling cuma didukung 20-30 persen di Jawa Tengah. Kemudian Pak RK (Ridwan Kamil) di Jawa Barat, paling hanya didukung oleh paling 10 persen di daerah, jadi bukan berarti representasi seorang gubernur pasti akan mewakili wilayah itu. Itu kesalahan berpikir yang kedua," ucap Andi Arief.
Andi Arief lantas mencotohkan saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminang Boediono ketika Pilpres 2009.
Menurutnya, dukungan terhadap Boediono saat itu bukan hanya ada pada suatu daerah tertentu, tetapi seluruh wilayah Inddonesia.
"Jadi dalam melihat survei kita melihat kedua pasangan ini dikehendaki seluruh rakyat Indonesia. Nah itulah perlunya dalam simulasi-simulasi kami menunjukan Anies-AHY yang cukup mennjanjikan ketimbang Anies-Khofifah," tuturnya.