Ganjar Pranowo mengajak relawan pendukungnya untuk menggarap pemilih dari kalangan generasi Z. Selain itu mereka yang disebut swing voter, alias pemilih yang belum menentukan pilihan, menurutnya juga perlu mendapat perhatian para relawan untuk didekati.
"Ada swing voters. Suara yang bergeser-geser, yang itu tentu saja punya potensi untuk kita ajak bicara," ujar Ganjar saat berpidato di Rumah Aspirasi Relawan Pemenangan Ganjar Presiden 2024, Jakarta Pusat, Kamis (1/6).
Menurut Ganjar, tugas relawan yang tak kalah penting adalah menarik suara dari generasi Z. Sebab, ceruk pemilih ini juga memiliki suara yang besar.
Generasi Z, kata Ganjar, adalah kelompok yang sangat akrab dengan teknologi seperti YouTuber dan mereka yang biasanya aktif dalam komunitas olahraga seperti komunitas lari dan penghobi sepeda. "Itulah generasi Z yang hari ini butuh mendapatkan tempat," kata Ganjar.
Pileg dan Pilpres 2024 akan serentak digelar pada 14 Februari 2024. Sebelum itu, pendaftaran dan pemilihan capres cawapres dilakukan 19 Oktober 2023-25 November 2023.
Permintaan Ganjar kepada para pendukungnya untuk menarik suara Gen Z, ini juga berkolerasi dengan pandangan PDIP yang melihat generasi Z ini sebagai faktor penentu dalam Pemilu 2024.
Politikus PDI-P Deddy Yevri Sitorus mengatakan partainya sudah memprediksi suara milenial dan gen Z bakal menentukan peta politik Pemilu 2024 sejak 2019. Seiring dengan itu, beragam upaya menggaet simpati kalangan generasi Z dan milenial telah dilakukan PDI-P.
Salah satu cara yang dilakukan ialah dengan rebranding wajah partai. PDI-P, kata Deddy, tak segan-segan mendorong kader muda berprestasi untuk menjadi caleg atau berperan di tingkat eksekutif. Di internal, banyak kader muda PDI-P juga diberikan peran sebagai petinggi parpol.
"Banyak pemimpin partai di bawah anggota legislatif atau eksekutif kita yang relatif bisa merepresentasikan kelompok itu. Termasuk juga ke dalam penyusunan caleg-caleg kita," kata Deddy kepada Alinea.id, Rabu (4/1).
Isu-isu kontemporer seperti isu lingkungan hidup, ekonomi, usaha rintisan, dan teknologi artifisial, kata Deddy, kini juga jadi perhatian utama PDI-P. Isu-isu itu, menurut pantauan sejumlah lembaga survei, tengah "digandrungi" kaum muda.
"Jadi, memang ada perubahan yang mendasar untuk menjaga ketertarikan dari pemilih ini. Karena, memang kalau format komunikasi konten dan isu-isu yang ditawarkan itu tidak nyambung, mereka paling jelek itu, ya, enggak datang ke TPS (tempat pemungutan suara)," ucap Deddy.
Semua kader PDI-P, kata Deddy, juga kini didorong untuk eksis di media sosial. Kader-kader yang bakal nyaleg terutama wajib punya TikTok, Instagram, Twitter, dan Facebook. Caleg yang sedang menjabat juga diinstruksikan untuk mempromosikan PDI-P menggunakan kanal-kanal medsos itu.
"Supaya lebih nyambung. Termasuk saya, saya menggunakan semua, mulai dari Facebook, Twitter, Instagram, dan TikTok. Mau tidak mau, ya, harus kita gunakan karena itu lebih efektif. Di sana, kita bisa mulai dari profiling, kemudian image, dan pencitraan," ucap Deddy.