close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (berkaos hitam) dikerubuti warga saat berkunjung ke area car free day (CFD), Jakarta Pusat, awal September 2024. /Foto Instagram @aniesbaswedan
icon caption
Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (berkaos hitam) dikerubuti warga saat berkunjung ke area car free day (CFD), Jakarta Pusat, awal September 2024. /Foto Instagram @aniesbaswedan
Politik
Kamis, 12 September 2024 14:35

Gerakan Anak Abah dan potensi golput di Pilgub DKI Jakarta

Gerakan Anak Abah disebut-sebut sebagai bentuk protes atas tersingkirnya Anies Baswedan dari Pilgub DKI Jakarta.
swipe

Ingin Anies Baswedan jadi calon gubernur, Daroji, 24 tahun, berencana tak akan mencoblos alias golput pada Pilgub DKI Jakarta 2024. Menurut dia, pasangan kandidat yang disodorkan parpol di pilgub kali ini tak ada yang sesuai dengan keinginannya. 

"Saya ikut gerakan Anak Abah (Tusuk Tiga Calon) aja," ucap Daroji saat berbincang dengan Alinea.id di Jakarta, Selasa (10/9).

Anak Abah merupakan nama familiar yang diasosiasikan sebagai pendukung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Meskipun elektabilitasnya dominan di Pilgub DKI, Anies tak dapat tiket maju di  setelah Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus terbentuk. 

Saat ini, tiga pasang calon resmi terdaftar di KPU sebagai pasangan cagub-cawagub DKI, yakni Ridwan Kamil-Suswono, Pramono Anung-Rano Karno, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana. 

Daroji mengaku kurang sreg dengan ketiga pasang kandidat itu. "Enggak minat milih mereka," kata warga Slipi, Jakarta Barat itu. 

Berbeda dengan Daroji, Ozi justru tidak ingin ambil pusing dengan konstalasi politik di Pilgub DKI Jakarta 2024. Namun, pria berusia 25 tahun itu mengaku bakal tetap mencoblos. 

Berprofesi sebagai pengemudi ojek daring, Oji menantikan gebrakan dari semua kandidat untuk meningkatkan taraf hidup pekerja gig seperti dirinya.

"Kalau bisa sih dijadiin karyawan," ucap warga Penjaringan, Jakarta Utara, itu kepada Alinea.id, Selasa (10/9).

Gerakan Anak Abah mengajak warga DKI untuk mencoblos semua foto yang terpampang pada surat suara. Dengan begitu, surat suara menjadi tidak sah. Ajakan itu disebut-sebut sebagai protes terhadap tersingkirnya Anies dari kontestasi Pilgub DKI. 

Direktur Eksekutif Trias Politika Agung Baskoro menilai gerakan Anak Abah bisa membesar bila ketiga calon tidak bisa meyakinkan segmen simpatisan Anies di Jakarta. Agung menyarankan agar para kandidat mengusung program-program yang serupa dengan yang digagas Anies saat jadi Gubernur DKI. 

"Ketika ketiga calon ini gagal merepresentasikan kelompok mereka, maka kemungkinan suara tidak sah atau abstain ini bisa membesar," ucap Agung kepada Alinea.id, Selasa (10/9).

Menurut Agung, Anak Abah masih bisa diajak berkompromi. Pemilih Jakarta, kata dia, bukan pemilih ideologis. Program masing-masing pasangan calon bakal turut mempengaruhi preferensi pemilih nantinya. 

"Jadi, siapa yang kira-kira bisa menggantikan posisi Anies memimpin Jakarta. Itu semua bisa representasi dari figur dan isu yang mereka mainkan," ucap Agung. 

Golput dengan mencoblos ketiga kandidat, menurut Agung, tidak tepat pada pertarungan kepala daerah. Suara yang tidak sah bisa saja dimanipulasi untuk memenangkan salah satu calon. 

"Jadi Anak Abah sebaiknya pilih yang lebih banyak kemiripan programnya dengan Anies. Ketimbang mereka tidak memilih. Yang dirugikan mereka sendiri," ucap Agung.

Agung menilai gerakan Anak Abah bisa mereda jika Anies ternyata mengalihkan dukungan ke salah satu pasangan calon. Pasangan yang didukung Anies kemungkinan besar bakal memenangkan pertarungan elektoral. 

"Jadi, ada Anies effect. Kalau di Pilpres 2024, ada Jokowi effect. Sementara di Pilkada DKI Jakarta 2024 ini, ada Anies effect," ucap Agung. 

Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Asep Suryana menilai seruan golput dari gerakan Anak Abah sebagai bentuk protes simpatisan Anies.  Dalam konsep Jawa, kelompok yang ingin menjegal Anies memainkan strategi 'tumpas kelor'. 

"Jadi, kalangan oposisi itu tidak diberi ruang sama sekali. Dihabiskan, sapu bersih dengan cara macam-macam sehingga mengakibatkan munculnya gejolak protes... Apalagi, mereka ini berargumen dengan tradisi demokrasi, bahwa ruang-ruang oposisi juga harus dikasih tempat," ucap Asep kepada Alinea.id. 

Dalam sejarah politik Indonesia, Asep berkata pengebirian politik model tumpas kelor pernah diterapkan oleh rezim Orde Baru saat menghambat kekuatan Megawati dan PDI agar tidak membesar jelang Pemilu 1997. Merespons itu, kubu Megawati berkoalisi dengan PPP untuk menghadapi Golkar dan Orde Baru.

"Akhirnya muncul pasangan Mega-Bintang. Tumpas kelor sering terjadi di Indonesia ketika kekuasaan itu sangat dominan tidak memberikan ruang. Mereka itu melakukan tindakan protes yang relatif kreatif. Dulu 1997, ketika Golkar sangat dominan, ini terjadi fenomena koalisi PDI-PPP," ucap Asep.

Serupa, Asep memprediksi gerakan Anak Abah tidak akan membesar. Menurut dia, mayoritas konstituen Anies berasal dari kelas menengah dan terdidik. Anies kurang berpengaruh di kalangan kelas bawah atau kelompok miskin kota. 

"Anies ini kekuatannya ada di kelas menengah yang terdidik, artikulatif, main medsos. Tetapi, di akar rumput itu, dia tidak terlalu populer. Terkecuali jika di akar rumput Anies itu punya tokoh-tokoh yang bisa menjadi kaki dia," ucap Asep.

Meski begitu, Asep menilai potensi kenaikan jumlah pemilih yang golput di Pilgub DKI Jakarta mesti diantisipasi. Ia menyebut ada dua jenis golput di Jakarta. 

Pertama, golput kelas menengah. Kalangan ini yang menjadikan golput sebagai seni berpolitik, yakni untuk meningkatkan nilai tawar agar bisa lebih diakomodasi kepentingannya oleh kandidat. Kedua, golput kelas bawah.

"Yang memang golput karena merasa frustasi dengan politik elite sehingga enggan memilih. Keduanya, kalau disentuh, itu akan berbalik menyalurkan suara. Jika di-wongke (dimanusiakan), diajak ngobrol, itu menjadi simpatik bisa balik mendukung," ucap Asep.
 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan