close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Geridra Ahmad Riza Patria optimistis Partai Demokrat akan merapat ke Gerindra untuk mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden. / (Foto: Kudus Purnomo Wahidin/Alinea.id)
icon caption
Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Geridra Ahmad Riza Patria optimistis Partai Demokrat akan merapat ke Gerindra untuk mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden. / (Foto: Kudus Purnomo Wahidin/Alinea.id)
Politik
Sabtu, 21 Juli 2018 02:46

Gerindra pede Demokrat bakal sodorkan AHY bagi Prabowo

Pertemuan antara Susilo Bambang Yudhoyono dan Prabowo Subianto diyakini akan berbuah koalisi Demokrat dan Gerindra untuk Pilpres 2019.
swipe

Pertemuan antara Susilo Bambang Yudhoyono dan Prabowo Subianto diyakini akan berbuah koalisi Demokrat dan Gerindra untuk Pilpres 2019.

Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Geridra Ahmad Riza Patria menyebut, dalam pertemuan yang akan dilakukan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Selasa (24/7) mendatang, akan membahas nilai jual Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) apabila dijadikan bakal calon wakil presiden mendampingi Prabowo.

"Kita ingin tahu nilai tambah AHY itu sejauh mana. Selama ini disampaikan bahwa AHY punya segmen pasar pemilih muda, pintar, ganteng dan lainnya. Nah, kita ingin tahu, apa sih nilai lebih AHY kalau dijadikan Cawapres," paparnya.

Selain itu, Riza juga sangat meyakini, Partai Demokrat akan merapat dengan Gerindra mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Pasalnya, dia melihat pilihan peluang Partai Demokrat untuk bergabung dengan barisan Joko Widodo sudah amat kecil.

"Apalagi poros ketiga makin susah terbentuk. Kalau saya lihat, Demokrat akan merapat ke kami, karena kalau ke barisan Jokowi sudah banyak partainya dan bilangan pembagiannya agak sulit, dan saya kira semua partai itu punya hitungan yang rasional kemana ia ingin berlabuh," paparnya.

Menyikapi hal tersebut, Direktur Ekstekutif Indonesian Public Institute Karyono Wibowo, menjelaskan jika duet Prabowo dan AHY terjadi, maka hal tersebut merupakan eksperimen dalam politik Indonesia pascareformasi. Sebab, pasangan yang sama-sama bekas militer adalah hal pertama yang terjadi pascaproklamasi.

"Kan biasanya sipil dengan sipil atau sipil-militer. Andaikan itu terjadi, ini eksperimen politik saya rasa," paparnya saat berbincang dengan Alinea.id, Jumat (20/7).

Selain itu, imbuhnya, apabila skema Prabowo-AHY terjadi, maka idealnya Jokowi mengambil bakal calon wakil presiden dari kalangan eks-militer. Namun, dia menegaskan aspek elektabilitas tetap harus menjadi pertimbangannya.

"Sebenarnya kalau kita lihat beberapa hasil survei, sebagian masyarakat tidak begitu mempermasalahkan calon dari mantan militer, tapi yang perlu dicatat masyarakat itu memandangnya lebih ke popularitas dan elektabilitas," paparnya.

Lebih jauh, Karyono mengatakan, andaikan koalisi Prabowo dan AHY terjadi, maka nama Moeldoko bisa diperhitungkan oleh Jokowi apabila ingin menghadapi skema ala militer tersebut.

"Kalau skemanya seperti itu, maka Moeldoko yang ideal untuk menghadapi Jokowi. Karena, biar bagaimanapun, kalau kita lihat nama dia cukup populer dan bisa jadi eks militer yang lain pun akan berpihak pada Jokowi," pungkasnya.

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan