Dewan Perwakilan Daerah Partai Golongan Karya Daerah Istimewa Yogyakarta menyayangkan keputusan pengunduran diri Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto dari partai berlambang pohon beringin itu.
"Sebagai sesama kader Golkar kami menyayangkan sikap politik mbak Titiek meskipun sepenuhnya itu hak politik dia," kata Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPD Partai Golkar DIY John Serang Keban, seperti dilansir Antara di Yogyakarta, Senin (11/6) malam.
Setelah menyampaikan pernyataan politiknya tersebut, Titiek Soeharto sebaiknya segera mengirimkan surat resmi pengunduran diri ke DPP Partai Golkar. Dengan demikian, DPP Partai Golkar bisa segera melakukan proses administratif Pergantian Antar Waktu (PAW) terkait posisinya di Komisi VI DPR RI.
Keban juga memastikan, selama ini tidak ada persoalan di internal Partai Golkar yang mendorong keputusan pengunduran Titiek. Kritik yang disampaikan bisa menjadi bahan bagi Partai Golkar untuk terus melakukan perbaikan sebagai partai pendukung pemerintah.
Jika mengacu aturan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) maka yang akan mengisi PAW posisi Titiek di DPR RI adalah Ketua DPD Partai Golkar DIY Gandung Pardiman, sebagai calon anggota DPR RI yang memperoleh suara terbanyak urutan kedua setelah Titiek pada Dapil DIY pada Pileg 2014. "Ya kalau sesuai peraturan KPU ya otomatis Pak Gandung nanti yang menggantikan," kata Keban.
Sebelumnya, Siti Hediati Soeharto atau Titiek Soeharto menyatakan mengundurkan diri dari Partai Golkar dan bergabung ke Partai Berkarya. Hal tersebut diungkapkannya di Musium Memorial Jenderal Besar HM Soeharto, Kemusuk, Sedayu, Kabupaten Bantul, DIY. Senin (11/6).
Wanita yang masih duduk sebagai Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar tersebut mengatakan alasannya dirinya mengundurkan diri tersebut karena didasari keprihatinannya atas keadaan bangsa saat ini. Diantara dengan masih maraknya pengangguran. Dimana saat ini kurang lebih tujuh juta tenaga kerja menganggur, dan butuh pekerjaan untuk menghidupi keluarga mereka ditengah kondisi ekonomi yang mencekik. Selain itu, Indonesia dibanjiri Tenaga Kerja Asing yang tidak lebih pandai dari pada Tenaga Kerja Indonesia.
"Alam dan tanah yang begitu subur yang Allah karuniakan kepada Indonesia, seolah-olah tidak ada artinya karena tidak dapat diolah dengan baik untuk memenuhi kebutuhan pangan, sehingga apa-apa masih Impor," kata wanita yang menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen dan Anggota Komisi IV tersebut.
Disisi lain, kekayaan sumber daya alam yang melimpah yang dikaruniakan untuk Indonesia. Namun rakyatnya tidak dapat menikmati dan juga tidak dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat. Sebagaimana diamanatkan Undang–Undang.