Sejak beberapa pekan terakhir, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-Perjuangan Hasto Kristiyanto seolah tak henti-hentinya melontarkan kritik terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarganya. Teranyar, Hasto menanggapi pernyataan Jokowi soal RUU Perampasan Aset yang hingga kini belum juga dibahas DPR.
Hasto berpendapat Jokowi semestinya tak hanya memikirkan perampasan aset dari koruptor saja. Menurut dia, Jokowi juga harusnya memikirkan upaya-upaya untuk menyelamatkan demokrasi Indonesia yang rusak gara-gara skandal Mahkamah Kosnstitusi dan cawe-cawe Istana di Pilpres 2024.
"Jadi, jangan hanya memikirkan perampasan aset. Ini demokrasi dirampas, kedaulatan rakyat dirampas, konstitusi dirampas. Itu harga, harta yang paling berharga yang saat ini harus kita selamatkan," kata Hasto kepada wartawan di Jakarta, Kamis (18/4).
Sejak Oktober 2023 atau tak lama setelah pasangan Prabowo-Gibran dideklarasikan, Hasto rutin menyerang Jokowi. Hasto ialah salah satu elite PDI-P pertama yang berani mengungkap adanya permintaan agar Jokowi kembali memimpin hingga tiga periode. Hasto sempat menyebut Jokowi menyandera para ketua umum parpol lewat kasus-kasus hukum.
Selama masa kampanye, Hasto juga sigap mengkritik semua manuver Jokowi di Pilpres 2024. April lalu, Hasto juga sempat mengumbar rumor Jokowi berusaha mengambil alih kursi Ketua Umum PDI-P dari tangan Megawati Soekarnoputri.
Gibran, putra sulung Jokowi, juga jadi sasaran tembak Hasto. Terbaru, Hasto sempat menyamakan Gibran dengan sopir truk yang mengalami kecelakaan di gerbang tol Halim Perdanakusuma. Gibran dan sopir truk itu, kata Hasto, sama-sama "hijau" dan tak punya pengalaman menghadapi situasi sulit.
Hasto juga seolah jadi benteng dari upaya-upaya mempertemukan Megawati dan Jokowi. Keduanya tak pernah berkomunikasi sejak Jokowi resmi merestui Gibran sebagai pendamping Prabowo di Pilpres 2024.
Saat rumor keduanya bakal bertemu pada Hari Raya Idul Fitri beredar di publik, Hasto tegas membantah. Berbicara kepada pewarta di depan kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (12/4), Hasto menyebut Megawati dan Jokowi sudah punya perbedaan prinsip yang sulit dipersatukan.
"Biar (Jokowi) bertemu dengan anak ranting dulu karena mereka juga jadi benteng bagi Ibu Megawati Soekarnoputri," ucap Hasto.
Ucapan Hasto itu sempat ditanggapi Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, orang dekat Jokowi yang juga berstatus sebagai petinggi di TKN Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024. Ia menyebut isi pikiran Hasto belum selevel Megawati dan Jokowi.
"Ibu Mega itu presiden. Dia tokoh besar. Pak Jokowi juga presiden. Masa mau disamain dengan orang yang enggak pernah jadi presiden?" kata Bahlil kepada wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (18/4).
Tak hanya Bahlil, Hasto juga rutin diserang balik. Selain "dirujak" oleh petinggi TKN Prabowo-Gibran, manuver-manuver Hasto juga rutin dipersoalkan organisasi-organisasi relawan Jokowi dan Prabowo. Terbaru, Gibran menyerang balik dengan menyebut Hasto kerap "berbohong di depan pulik dan meresahkan."
Analis politik dari Universitas Nasional Selamat Ginting menilai PDI-P sedang memainkan politik dua kaki. Di satu sisi, Hasto diterjunkan untuk mencegah terjadinya pertemuan Jokowi dan Megawati. Di lain sisi, Ketua DPP PDI-P Puan Maharani diutus untuk membuka komunikasi dengan Prabowo.
"Megawati tidak memiliki masalah kendala psikologis dengan Prabowo, berbeda dengan Jokowi yang telah menyakiti Megawati sangat dalam. Hasto itu bukan menjadi penghalang, tetapi Megawati sendiri secara pribadi tidak ingin bertemu Jokowi," kata Selamat kepada Alinea.id, Jumat (18/4).
April lalu, Puan terekam ikut serta dalam acara buka puasa di kediaman Ketua TKN Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani. Dalam acara tersebut, Ketua MPR Bambang Soesatyo juga hadir. Bamsoet ialah Wakil Ketua Umum (Waketum) Golkar.
Selamat menduga Megawati tak memandang pertemuan dengan Jokowi sebagai hal yang penting. Apalagi, masa jabatan Jokowi sebagai presiden akan berakhir pada 20 Oktober 2024. Pertemuan dengan Prabowo jauh lebih strategis ketimbang dengan Jokowi.
"Setelah (masa jabatan habis) itu, Jokowi bukan siapa-siapa lagi. Jadi, apa pentingnya memaksakan pertemuan dengan Jokowi? Megawati juga tentu melihat bahwa sebentar lagi Jokowi bukan siapa-siapa," ucap Selamat.
Analis politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menerka Hasto sudah mendapat restu dari Megawati untuk "menyerang" Jokowi dan keluarganya. Menurut dia, sepak terjang Hasto ialah gambaran jelas kekecewaan PDI-P dan Mega terhadap manuver-menuver Jokowi selama Pilpres 2024.
"Hasto dianggap salah satu ganjalan atau pihak yang membuat Jokowi sulit bertemu dengan Megawati. Tetapi, saya meyakini apa yang dilakukan Hasto kelihatannya sebagai bentuk kekecewaan PDI-P," ucap Ujang kepada Alinea.id, Jumat (19/4).
Menurut Ujang, hubungan Jokowi dan Megawati akan didesain agar semakin runyam. Tujuannya supaya agenda pertemuan antara Jokowi-Megawati yang diwacanakan elite-elite politik dari kubu Jokowi tak terwujud.
"Saya menganalisis Hasto berkata seperti itu (perbedaan prinsip antara Mega dan Jokowi) juga sudah mendapat restu Megawati. Kemudian, Hasto berkata seperti itu bisa diartikan terkait kekecewaan Megawati kepada Jokowi," ucap Ujang.