Ketua Dewan Pakar Golkar Agung Laksono mengecam aksi pelemparan bom molotov ke kantor DPP Partai Golkar di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Rabu (21/8). Ia pun meminta kepolisian segera menemukan para pelaku aksi teror tersebut.
"Jangan samapai kita biarkan politik kekerasan. Apalagi, ini hanya untuk memaksakan kehendak masuk ke dalam politik. Kita kan kemarin sudah disibukan dengan politik identitas yang kemudian bisa mengancam persatuan," ujar Agung kepada wartawan di Jakarta, Rabu (21/8).
Diakui Agung, internal parpol Golkar terbelah jelang musyawarah nasional, Desember mendatang. Sebagian besar mendukung petahana Airlangga Hartarto dan lainnya menginginkan ketua umum baru. Namun demikian, ia ragu pelaku merupakan kader Golkar.
Lebih jauh, Agung meminta agar semua pihak, khususnya kader-kader partai tersebut agar tidak terpancing. "Percayakan kepada pihak kepolisian," ujar dia.
Pakar komunikasi politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Nyarwi Ahmad mengatakan, hendaknya elite-elite politik Golkar tidak terburu-buru menarik kesimpulan menyikapi peristiwa pelemparan bom molotov itu. Pasalnya, terbuka kemungkinan peristiwa tersebut tidak terkait dinamika politik di tubuh Golkar.
Senada dengan Agung, Nyarwi menyarankan agar elite-elite Golkar mempercayakan penanganan kasus tersebut kepada polisi. "Golkar atau elit-elit Golkar jangan terpancing oleh kelompok yang sedang menyebarkan air keruh. Istilahnya kemudian menjadikan konflik yang terjadi di partai Golkar untuk kontestasi," jelas dia.
Lebih jauh, menurut Nyarwi, dinamika sekeras apa pun tidak akan mudah memecah Golkar. Pasalnya, Golkar merupakan salah satu partai politik yang telah teruji mampu melewati beragam turbulensi.