Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan, peran Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih sangat penting. Hal ini karena semakin banyak persoalan di Indonesia dari masalah politik dan ekonomi yangn penilaiannya meningkat hingga 69%.
“Ini dapat terlihat manakala Presiden Jokowi menjabat secara tingkat kepercayaan malah naik. hal ini dasari dari cara Presiden Jokowi membangun citranya di publik, saya kira begitu. Karena beliau melekat sekali figur dan kedekatan dengan masyarakat sehingga masih ada menganggap citranya baik begitu," ucap Dedi dalam webinar, Sabtu (26/2).
Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa kepuasan pada kinerja presiden meningkat dibandingkan pada periode survei tahun lalu yang sebesar 51%. Sementara angka ketidakpuasan pada kinerja presiden tersisa di angka 31%.
“Telaah kami, peningkatan ini terjadi karena bertambahnya pengetahuan publik atas kinerja presiden, terutama terkait pembangunan insfrastruktur dan terus bergulirnya vaksinasi. Tingkat kepuasan ini bahkan melampaui persentase pemilih Presiden Jokowi-Maruf Amin," pungkas Dedi Kurnia Syah.
Untuk peningkatan kepuasan pada kinerja Presiden, Wakil Presiden Ma’ruf Amin pun tak luput dari sorotan survei publik IPO. Ma’ruf Amin dalam perspektif publik memuaskan di angka 43%, lebih baik dibandingkan periode Desember tahun lalu yang hanya 31%.
“Perubahan mendasar opini publik terhadap kinerja pemerintah, terutama presiden dan wakil presiden, adalah peningkatan kepuasan publik. Meskipun Wapres Maruf Amin masih tetap tertinggal dari opini kepuasan pada presiden, tetapi cukup baik karena bertambahnya apresiasi pubik. Kondisi ini menandai bertambahnya publik yang percaya pada kapasitas Wapres Ma’ruf Amin," kata Dedi.
Opini publik pada kinerja pemerintah perbidang juga alami peningkatan, terutama pada bidang ekonomi yang mencapai 62 %, bidang sosial menyumbang kepuasan publik sebesar 57%. Bidang politik dan hukum mendapatkan persepsi kepuasan terkecil hanya mampu memuaskan 43%.
“Kontribusi terbesar peningkatan persepsi publik dari kinerja bidang ekonomi dan sosial. Sementara bidang politik dan hukum masih berada di bawah 50%. Situasi ini menandai secara umum kinerja pemerintah mendapat apresiasi publik," imbuhnya.
Penilaian yang tak kalah penting, yaitu tingkat kesukaan publik pada Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan jauh mengungguli Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
“Zulkifli Hasan berhasil menempati urutan kelima dengan persentase 82,7% sebagai tokoh paling disukai, dibandingkan Prabowo Subianto hanya mencapai posisi ke-11 dengan persentase 73,8%," ucapnya.
Sementara nama lain yang berada di urutan teratas paling popular di bawah Prabowo adalah Anies Baswedan 86,2%, Sandiaga Uno 85,0%, Agus Harimurti Yudhoyono 70,1%, Ridwan Kamil 68,5%, Puan Maharani 64,8%, dan Ganjar Pranowo 63,2%.
“Situasi ini menggambarkan jika popularitas tidak menjamin keterpilihan seseorang, karena tokoh populer terbukti miliki tingkat ketidaksukaan publik cukup tinggi. Sementara elektabilitas lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat kesukaan," kata dia.
Dengan membaca data ini, bukan tidak mungkin tokoh kelas tengah kian mengejar ketertinggalan. Adapun kata dia, dari lima nama tokoh teratas paling disukai publik lebih banyak berasal dari kalangan yang tidak diunggulkan dalam keterusungan parpol dalam wacana pencapresan.
“Secara berurutan tokoh paling disukai publik adalah Sandiaga Uno mencapai 89,3%, Dedi Mulyadi 88,6%, Ridwan Kamil 86,4%, Ganjar Pranowo 84,0%, dan Zulkifli Hasan 82,7%," tutup dia.