close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ridwan Kamil saat mendatangi kantor DPP PDIP. (foto: Antara)
icon caption
Ridwan Kamil saat mendatangi kantor DPP PDIP. (foto: Antara)
Politik
Jumat, 05 Januari 2018 22:22

Jagoan PDIP muncul, koalisi pendukung RK gaduh

PPP menginginkan Ridwan Kamil berpasangan dengan kadernya Uu Ruzmanul Ulum sedangkan PKB ingin Kang Emil dengan Maman Imanulhaq.
swipe

Ridwan Kamil (RK), Rabu (3/1) lalu, mendatangi kantor DPP PDIP untuk meminta dukungan dalam Pilgub Jawa Barat (Jabar) Juni mendatang. Sebelumnya, Nasdem, PPP dan PKB telah lebih dulu memastikan dukungan untuk Wali Kota Bandung itu.

Namun, belakangan muncul nama mantan Kapolda Jabar, Irjen Anton Charliyan yang diisukan akan dipasangkan dengan Ridwan Kamil oleh PDIP. Terkait rumor tersebut, Wakil Ketua Umum PPP, Arwani Thomafi mengaku tak ingin berandai-andai. Sebaliknya, partai berlambang kabah itu tetap menyodorkan Bupati Tasikmalaya, Uu Ruzmanul Ulum sebagai pendamping Ridwan Kamil.

“Saya tidak melihat wacana itu (Ridwan Kamil-Anton Charliyan). Kita tidak sejauh itu berandai-andai. Iya (tetap menyodorkan Uu Ruzmanul Ulum),” terang Arwani saat dikonfirmasi Alinea, Jumat (5/1).

Ketua Umum DPP PPP, Romahurmuziy mengaku akan mempertimbangkan untuk mengevaluasi dukungan jika Ridwan Kamil (kang Emil) memilih Anton Charliyan sebagai pendampingnya.

"Kalau itu terjadi maka kami pertimbangkan keberadaan PPP dalam pengusungan Ridwan Kamil, kecuali kalau Pak Emil menjadi kader PDI Perjuangan, itu lain hal," ujar Romahurmuziy seperti dikutip dari Antara.

Sosok yang akrab disapa Romy itu menambahkan, Nasdem, PPP dan PKB telah membangun koalisi untuk mengusung Ridwan Kamil. Bahkan, ketiga partai itu juga telah menjalin komunikasi untuk menentukan calon wakil gubernur.

"Kalau ada calon wakil gubernur baru yang didorong, saya kira tidak pas karena datang belakangan dan PPP tidak ada alasan di depan ulama mengapa usung pasangan tersebut kalau tidak ada kader PPP," ujarnya.

Sementara itu, Ketua DPW NasDem Jawa Barat, Saan Mustopa meminta PDIP untuk mengikuti mekanisme yang telah disepakati antarpartai pendukung jika ingin menjagokan Ridwan Kamil. Apalagi jika sampai mendorong Anton Charliyan sebagai pendamping Kang Emil. "Tidak ada istilah hak istimewa terhadap salah satu partai yang akan mengusung Kang Emil. Jadi semua punya hak istimewa, punya hak yang sama," terang Saan.

Sebelumnya, PKB menginginkan Maman Imanulhaq sebagai pendamping Ridwan Kamil. Partai Golkar saat dipimpin Setya Novanto, juga sempat menudukung Ridwan Kamil. Namun, surat dukungan itu dicabut oleh Ketua Umum yang baru, Airlangga Hartatrto dan dialihkan ke Dedi Mulyadi.

Adapun di tataran legislatif Jabar, PDIP memiliki 20 kursi dan bisa mengusung calon sendiri. Sedangkan Golkar 17 kursi dan Demokrat 12 kursi, Gerindra 11 kursi, PAN 4 kursi, PKB 7 kursi, PPP 9 kursi dan Nasdem 5 kursi di DPRD Jabar.

Pemilih di Jabar lebih fleksibel

Pengamat politik Universitas Padjajaran (Unpad), Dadang Rahmat Hidayat menyebut popularitas Ridwan Kamil masih tinggi di Jabar. Namun, ia mengingatkan pesaingnya Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi (duo DM), selalu berada 2 dan 3 dalam berbagai survei untuk Pilgub Jabar. Sedangkan saat ini, kedua sosok tersebut telah diusung oleh Golkar dan Partai Demokrat guna menantang duet Sudrajat-Syaikhu yang diusung Gerindra dan PKS di Pilgub Jabar. Karena itu, ia menganggap PDIP cenderung berhitung sebelum menjatuhkan pilihan ke Ridwan Kamil serta menunjuk Anton Charliyan sebagai pasangannya.

“Popularitas Ridwan Kamil masih tinggi, tapi tergantung juga pasangannya. Ini kan sangat dinamis, sekarang ada DM selalu nomor 2 dan 3. Itu bisa jadi menambah kekuatan dalam persepsi politik,” jelas Dadang saat berbincang dengan Alinea.

Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unpad itu menilai, pemilih di Jabar juga bersifat fleksibel. Mereka tidak serta merta mempunyai loyalitas terhadap partai atau pun figur tententu. Alhasil, meski populer, Ridwan Kamil bisa ditinggalkan oleh para pendukung yang hendak memilihnya. Sedangkan duo DM juga belum tentu menang secara otomatis.

“Ibaratnya, ketika ada dua gajah (RK versus duo DM) bertarung, (gajah) ketiga bisa mengambil keuntungan,” sambungnya.

Dadang memprediksi, isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) juga tak akan signifikan dalam Pilgub Jabar mendatang. Terlebih sentimen soal Sunda atau bukan, terbukti tak berpengaruh pada Pilgub sebelumnya.

“(Isu SARA) tidak terlalu kentara, misal (Pilgub sebelumnya) Deddy Mizwar bukan betul-betul orang Jabar. Jabar cukup terbuka. Kalaupun ada (SARA) tidak dominan,” tandasnya.

img
Syamsul Anwar Kh
Reporter
img
Syamsul Anwar Kh
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan