Peluang kemunculan poros ketiga ke gelanggang pilpres masih terbuka lebar. Apalagi tiga partai, Demokrat, PKB, dan PAN belum menyatakan preferensi politik mereka. Tokoh-tokoh alternatif di luar dua nama lama, Jokowi serta Prabowo pun diduga akan mengemuka, termasuk AHY, Zulkifli Hasan, hingga Muhaimin Iskandar.
Berdasarkan hasil survei Political Communication Institute (Polcomm Institute), sebanyak 37,47% menjawab sebaiknya ada tiga pasangan calon (paslon) yang bertanding. Sementara yang menjawab dua paslon sebanyak 41,15%. Lalu 13,50% menjawab tidak tahu, sedangkan pasangan melawan kotak kosong sebanyak 7,78%.
Lebih detail, pembentukan poros ketiga diinginkan oleh 30,45% responden. Sementara responden yang menampik pembentukan poros ketiga sejumlah 20,19%, sisanya 49,36% menyatakan tidak tahu.
Jika poros ketiga terbentuk, AHY digadang-gadang akan jadi capres terkuat dengan perolehan dukungan sebanyak 21%. Setelah itu disusul sejumlah nama yang telah malang melintang di dunia politik, seperti Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (15,33%), mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo (12,33%), mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD (10,25%), dan politisi PKB Muhaimin Iskandar (9,42%).
Direktur Political Communication Institute (Polcomm) Heri Budianto menuturkan, pergerakan AHY yang masif membuat publik semakin mengenal sosoknya. Apalagi dengan rekam jejaknya sebagai bekas calon Gubernur DKI di pilkada lalu, AHY diyakini masih menyimpan kans untuk didukung basis massa tertentu.
Diskusi dan rilis hasil survei tentang elektabilitas capres-cawapres dari poros ketiga, Polcomm Institute, Minggu (25/3).
Jokowi tak nyaman
Jika poros ketiga terbentuk, maka kemungkinan besar, kata Heri, akan membuat Jokowi tidak nyaman. Pasalnya keberadaan tiga paslon akan membuat distribusi pemilih kian tersebar.
"Kalau memang ini ada tiga pasang, kemungkinan besar akan sulit ada calon yang menang di atas 50%. Apalagi melihat elektabilitas Jokowi yang hanya 51%," katanya.
Sementara jika hanya ada dua paslon, maka Jokowi punya kans besar untuk menang, termasuk jika harus melawan Prabowo sekalipun.
Namun Heri menjelaskan, andai poros ketiga ada, maka pemilu bisa dipastikan akan berjalan relatif tenang. Sebab polarisasi massa tak setajam manakala hanya dua paslon yang bertanding. Ketika massa tak menyukai paslon lainnya, maka dengan mudahnya perang caci maki, kampanye hitam, dan kampanye negatif berseliweran. Berbeda dengan kondisi tiga paslon, kapitalisasi isu pun jika ada, tak sebrutal duel dua paslon.