Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumbar puja-puji untuk Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Berpidato dalam penutupan Rapimnas Gerindra di Indonesia Arena, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (31/8) malam, Jokowi menyebut Gerindra beruntung punya politikus sekelas Prabowo.
"Buat saya, Prabowo Subianto itu sangat spesial. Saya sangat menghormati Pak Prabowo, sangat menghormati," ujar Jokowi di hadapan ribuan kader Gerindra yang memadati GBK.
Menurut Jokowi, Prabowo adalah sosok yang bisa diandalkan. Ia mengaku cocok dengan Prabowo. "Saya merasa bisa saling percaya," kata Jokowi.
Mendapat giliran berpidato, Prabowo langsung membalas pujian Jokowi. Tak hanya puja-puji, Prabowo juga berjanji bakal terus bersama Jokowi dan melindunginya dari segala ancaman.
"Kalau ada yang cubit Pak Jokowi, seluruh kader Gerindra yang akan merasakan sakitnya," kata mantan Danjen Kopassus itu.
Pernyataan Prabowo seolah ditujukan untuk merespons keluhan Jokowi saat memberikan sambutan dalam Kongres NasDem sebelumnya. Ketika itu, Jokowi mengungkap kekhawatiran ia bakal ditinggalkan saat tak lagi berkuasa.
Analis politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat menilai pernyataan Jokowi bermakna simbolik. Jokowi sedang menjajaki kemungkinan bergabung dengan Gerindra usai lengser dari jabatannya pada Oktober mendatang.
"Itu bisa jadi tanda juga Jokowi ingin masuk Gerindra sebagai opsi. Walau itu berisiko untuk Prabowo karena Prabowo pemilik partai yang akan mewariskan Gerindra ke keluarganya. Kalau Jokowi masuk Gerindra, bisa bahaya," ucap Cecep kepada Alinea.id, Senin (2/9).
Menurut Cecep, Jokowi butuh berlabuh di parpol besar guna memastikan ia tetap punya pengaruh politik. Di Gerindra, ia sudah menitipkan menantunya Bobby Nasution sebagai kader.
Jokowi juga punya kaki di Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang kini dikuasai Kaesang Pangarep, putra bungsunya. Di Golkar, Jokowi juga potensial dianugerahi posisi strategis setelah Bahlil Lahadia duduk sebagai ketua umum. Jokowi dianggap berjasa memuluskan langkah Bahlil menduduki kursi Golkar 1.
"Itu sebenarnya menunjukan kesadaran pada publik pada bahwa Jokowi perlu dukungan politik yang kuat setelah dia lengser. Hal ini bisa jadi indikasi kalau Jokowi sedang mempertimbangkan untuk berafiliasi dengan partai tertentu," ucap Cecep.
Jokowi sempat diisukan bakal dianugerahi kursi Ketua Dewan Pembina Golkar jika Bahlil sukses jadi ketum. Namun, kursi itu ternyata diberikan kepada kader senior Golkar Agus Gumiwang Kartasasmita.
"Tetapi, kalau ada penyesuaian bisa saja. Coba saja lihat bagaimana Bahlil kembali mendukung Airin (Rachmi Diany di Pilgub Banten). Golkar bisa sangat pragmatis," imbuh Cecep.
Selain Golkar dan Gerindra, menurut Cecep, Jokowi juga masih punya hasrat untuk berkuasa di PDI-Perjuangan. PDI-P punya infrastruktur politik yang kuat yang mampu mengantarkan Jokowi sebagai penguasa selama dua periode.
"Jika setelah Kongres PDI-P 2025, ketua umumnya bukan lagi Megawati (Soekarnoputri), bisa saja Jokowi masuk PDI-P," ucap Cecep.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin sepakat Jokowi akan segera berlabuh ke partai politik. Menurut dia, Bobby Nasution dan Kaesang Pangarep belum kuat sebagai benteng politik Jokowi jika ia dijadikan target operasi politik setelah lengser.
Menurut Ujang, Jokowi hanya mungkin bergabung ke Gerindra atau Golkar.
"Bahlil jadi ketum karena jasa Jokowi. Kalau tanpa kekuasaan, tanpa intervensi Jokowi, enggak bisa Bahlil jadi ketua umum. Kalau, Gerindra, itu karena Pak Jokowi berjasa membuat Prabowo menjadi presiden. Jadi sudah sepatutnya juga jika Jokowi diberi tempat di partai Gerindra," ucap Ujang kepada Alinea.id.
Saat ini, struktur kepengurusan Golkar yang belum final. Menurut Ujang, Jokowi bisa saja masuk ke dalam struktur kepengurusan Golkar yang baru dengan jabatan setingkat ketua dewan pembina Golkar.
"Jabatan ketua dewan pembina Golkar sudah diisi Agus Gumiwang. Tapi, masih ada ketua dewan penasehat dan ketua dewan pakar. Kita lihat saja Jokowi akan masuk Golkar atau masuk Gerindra," ucap Ujang.