Presiden Jokowi diklaim kembali melanggeng menjadi RI 1. Tetapi, ada tiga 'pintu' yang harus dibuka Jokowi, agar lebih dekat menjadi nomor satu di Indonesia kembali.
Ketua DPP PKB, Lukman Edi, mengatakan, Jokowi harus membuka beberapa 'pintu' terlebih dahulu agar kembali bisa dilantik menjadi Presiden. 'Pintu' pertama yang perlu dibuka adalah mengajak Gerindra, Demokrat dan PKB bergabung dengan mengusung Jokowi.
Misalkan dengan menawarkan Prabowo sebagai Wakil nya Jokowi. Bisa juga menawarkan jatah menteri ke Gerindra atau melakukan negosiasi dengan Demokrat dan PKB. Tentunya tidak mudah menarik ketiga partai tersebut. Salah satunya, Jokowi harus memiliki elektibilitas di atas 60%.
'Pintu' kedua yang harus dibuka adalah, stabilitas rupiah dan realisasi program-program infrastruktur yang telah dilakukan. Pemerintah harus segera meresmikan agar lebih diketahui rakyat. Begitu juga dengan program kerakyatan yang telah dijalankan selama pemerintahannya, harus terpublikasi. Misalkan saja dana desa yang mencapai Rp100 trilliun ataupun program pembagian sertifikat tanah berjalan dengan baik.
'Pintu' selanjutnya adalah harus mengakomodir umat Islam. Adanya perubahan tampilan Jokowi yang menjadi lebih religius dengan menggunakan sarung, serta kerap keluar masuk pondok pesantren, belumlah cukup mencitrakan Jokowi sebagai nasionalis religius. Ini karena telah terjadi pergeseran karakter pondok pesantren dan umat'. Membuat pendekatan simbolik tidak lagi efektif mendapatkan dukungan.
Apalagi jika Jokowi menggandeng nasionalis sekuler sedangkan Prabowo menggandeng aktivis islam moderat, maka persaingan yang cukup ketat akan terjadi. Kendati begitu, peluang Jokowi akan semakin besar jika hanya satu poros saja.
Lantas seperti apa peluang terbentuknya poros ketiga?Poros ketiga bisa saja muncul jika Jokowi menggandeng nasionalis sekuler. Kalau terjadi, tentunya akan membahayakan Jokowi. "Ini menjadi warning bagi Jokowi," katanya dalam talkshow bertajuk menakar peluang Jokowi dua periode.
Poros ke tiga yang dimaksud merupakan gabungan partai Demokrat, PAN dan PKB. Ketiga partai tersebut bisa saja memunculkan nama Gatot Nurmantyo dan wakilnya berasal dari tokoh nasionalis religius. Situasi itu tentunya akan merubah perhitungan politik.
Sementara Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal berpendapat, figur calon wakil presiden yang akan mendampingi Presiden Joko Widodo, perlu memahami sektor industri manufaktur.
"Saya pikir yang kita butuhkan saat ini adalah pembangunan industri manufakur supaya (ekonomi) tumbuh di atas 5%," kata Faisal dalam diskusi bertajuk "Capres Cawapres Ideal di Mata Ekonom" seperti dilansir Antara.
Calon pendamping Jokowi di pilpres 2019 harus bisa memberikan masukan-masukan agar industri manufaktur menjadi prioritas utama. Selain itu, pendamping Jokowi semestinya menjadi penguat dari sisi konseptual.
"Percepatan pembangunan infrastruktur itu penting. Bagaimana cara agar dampaknya bisa maksimal ke ekonomi itu butuh satu pemikiran konsep. Itu salah satu contoh yang semestinya pendamping Jokowi bisa masuk kesana kalau dari sisi ekonomi," kata Faisal.
Figur pendamping Jokowi tersebut, dapat berasal dari latar belakang tokoh agama, militer, maupun ekonom. Kalaupun tokoh agama, perlu punya kemampuan plus. Terutama kondisi ekonomi dan bisa memberi masukan ke Jokowi untuk hal yang lebih visioner.