close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Elektabilitas masing-masing kedua paslon Pilgub Sumut yang direkam oleh Indo Barometer menunjukkan tren peningkatan. Antara Foto
icon caption
Elektabilitas masing-masing kedua paslon Pilgub Sumut yang direkam oleh Indo Barometer menunjukkan tren peningkatan. Antara Foto
Politik
Kamis, 21 Juni 2018 03:17

Kalah di Jakarta, akankah Djarot menang di Pilgub Sumut?

Survei Indo Barometer merilis elektabilitas Djarot-Sihar 37,8% menang tipis dari Edy-Musa 36,9%.
swipe

Pertaruhan Djarot Saiful Hidayat setelah kalah di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun lalu, kini tengah diuji di Sumatra Utara. Keputusan PDI Perjuangan mengusung Djarot dalam Pilgub Sumut dipertaruhkan.

Pemilihan calon gubernur dan wakil gubernur Sumut diwarnai dengan tingkat ketidakpuasaan warga terhadap kinerja Gubernur Tengku Erry Nuradi yang sangat tinggi mencapai 66,6%. Sehingga, sebanyak 75,9% responden tidak menginginkan Tengku Erry kembali mencalonkan diri.

Lembaga Survei Indo Barometer merekam hasil penelitian terbaru dalam gelaran pemilihan kepala daerah Sumatra Utara. Sejatinya, Pilgub Sumut yang akan digelar pada 27 Juni 2018 itu hanya menyisakan waktu sekitar sepekan lagi.

Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menuturkan, Pilgub Sumut akan berlangsung secara sengit. Bahkan, Indo Barometer tidak bisa memperkirakan pemenang pada Pilgub Sumut.

Survei Indo Barometer teranyar memotret elektabilitas pasangan nomor urut 2 Djarot Saiful Hidayat-Sihar P.H. Sitorus meraih 37,8%. Tingkat elektabilitas ditempel ketat oleh nomor urut 1 Edy Rahmayadi-Musa Rajeksah sebesar 36,9%.

"Namun karena selisihnya tipis sekali, dengan margin of eror 3,46%, maka lembaga survey kesulitan untuk menentukan pemenangnya, hanya perhitungan manual KPU yang bisa menentukannya," kata Qodari di Hotel Harris Suites FX Sudirman, Jakarta, Rabu (20/6).

Elektabilitas pasangan Cagub-Cawagub Sumatra Utara menurut survei Indo Barometer.

Elektabilitas masing-masing kedua paslon yang direkam oleh Indo Barometer menunjukkan tren yang sama. Masing-masing calon secara terpisah mengalami peningkatan tingkat keterpilihan.

Edy Rahmayadi pada survei yang digelar pada 4-10 Februari meraih elektabilitas 27,4%. Kemudian naik 8,7% pada survei 26 Mei-2 Juni menjadi 36,1%.

Djarot Saiful pada survei yang digelar pada 4-10 Februari meraih elektabilitas 27,8%. Kemudian naik 9,2% pada survei 26 Mei-2 Juni menjadi 37%.

Saat bersamaan, Musa Rajekshah pada survei yang digelar pada 4-10 Februari meraih elektabilitas 18,4%. Kemudian naik 10,1% pada survei 26 Mei-2 Juni menjadi 28,5%.

Begitu pula dengan Sihar Sitorus pada survei yang digelar pada 4-10 Februari meraih elektabilitas 19,1%. Kemudian naik 14,9% pada survei 26 Mei-2 Juni menjadi 34%.

Bila digabungkan, tren elektabilitas Edy-Musa pada survei yang digelar pada 4-10 Februari meraih 25,8%. Kemudian naik 11,1% pada survei 26 Mei-2 Juni menjadi 36,9%.

Tren kenaikan unggul tipis terjadi pada pasangan Djarot-Sihar dalam survei yang digelar pada 4-10 Februari meraih elektabilitas 26%. Kemudian naik 11,8% pada survei 26 Mei-2 Juni menjadi 37,8%.

Tren elektabilitas pasangan Cagub-Cawagub Sumatra Utara menurut survei Indo Barometer.

Sejuta pemilih hilang

Sementara itu, Indo Barometer menemukan kejanggalan dalam daftar pemilih tetap (DPT) di Sumut. Lebih dari sejuta pemilih hilang di provinsi tersebut.

Pada Pilgub 2013 silam, jumlah DPT mencapai 10.295.013 pemilih. Kemudian, pada Pilgub 2018 menjadi 9.062.815 pemilih. Sehingga, berkurang sebanyak 1.232.198 pemilih dalam kurun waktu 5 tahun.

"Saya terkejut dengan hilangnya pemilih sebanyak 1,2 juta orang. Kemana hilangnya DPT tersebut?" tanyanya.

Tidak hanya itu, debat kandidat Pilgub selayaknya bisa menjadi pembelajaran politik bagi masyarakat, terutama dalam melihat program kerja dan kemapuan dari calon kepala daerah maupun wakilnya. Namun, temuan Indo Barometer menunjukkan hanya 10% pemilih yang menyaksikan debat kandidat Pilgub Sumut.

"Kami punya data, bahwa yang menonton debat kandidat di Sumut hanya sekitar 10%. Menurut kami, itu sebuah kegagalan KPU dalam menyosialisasikannya. Seharusnya jika berbicara Pilkada, debat kandidat itu sudah semestinya ditonton banyak orang," katanya.

Sedikitnya warga yang menonton debat kandidat diproyeksi berpengaruh besar pada tingkat partisipasi pemilih dalam Pilgub Sumut. Terlebih, elektabilitas kedua paslon terpaut tipis.

Untuk itu, dia menyarankan agar KPU membuat inisiatif agar pemilih tertarik untuk menyaksikan debat kandidat calon pemimpin Sumut. Seperti halnya yang dilakukan oleh KPU di Provinsi Jawa Tengah, yang mengadakan acara nonton bareng acara debat kandidat di seluruh wilayah Jateng.

Sementara itu, survei Indo Barometer mengungkap melalui pertanyaan tertutup secara head-to-head, Joko Widodo meraih elektabilitas calon presiden tertinggi sebesar 56,6% di Sumut. Posisi itu jauh meninggalkan tingkat keterpilihan Prabowo Subianto yang meraih 21,1%.

Survei di Sumatra Utara dilakukan di 33 Kabupaten dan Kota pada 26 Mei-2 Juni 2018. Metodologi survei ini menggunakan multistage random sampling dengan responden sebanyak 800 pemilih dengan margin eror 3,46% dan tingkat kepercayaan 95%. 

img
Robi Ardianto
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan