close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Calon Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menghadiri halal bi halal di Pesantren Minhajut Thullab, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, April 2024. /Foto Instagram @khofifah.ip
icon caption
Calon Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menghadiri halal bi halal di Pesantren Minhajut Thullab, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, April 2024. /Foto Instagram @khofifah.ip
Politik - Pemilu
Jumat, 21 Juni 2024 20:05

Ke mana arah suara NU di Pilgub Jatim?

Risma-Marzuki dianggap lawan sepadan bagi pasangan petahana Khofifah-Emil di Pilgub Jatim 2024.
swipe

Wacana menduetkan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH. Marzuki Mustamar menyeruak jelang Pilgub Jatim 2024. Duet Risma-Marzuki dianggap mampu menandingi kekuatan politik Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak selaku pasangan calon petahana.

Wacana duet Risma-Marzuki digaungkan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Syaiful Huda. Ia optimistis pasangan Risma-Marzuki bisa mengalahkan kubu petahana yang kini resmi diusung parpol anggota Koalisi Indonesia Maju (KIM). 

"Saya sendiri mengusulkan untuk bisa bertanding melawan Mbak Khofifah salah satunya adalah koalisi PKB-PDIP dengan figur Kiai Marzuki-Bu Risma," kata Huda kepada wartawan di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (13/6) lalu. 

Wacana itu diamini bendahara DPD PKB Jatim Fauzan Fuadi. Fauzan menyebut ada kalangan kader akar rumput di PKB Jatim menginginkan duet Marzuki-Risma di Pilgub Jatim. "Semua masih dalam tahap penggodokan," ucap Fauzan. 

Analis politik dari Universitas Brawijaya George Towar Ikbal Tawakkal berpandangan munculnya nama Kyai Marzuki dalam bursa Pilgub Jatim tak lepas dari riwayat konflik antara Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dengan elite PBNU. Kyai Marzuki dipilih karena dianggap ulama yang berseberangan dengan elite PBNU saat ini. 

"Bila berhitung, dukungan kepada Cak Imin kuat di struktural NU Jawa Timur, hingga tingkat PCNU. Namun kita bisa memperdebatkan apakah grassroot NU benar mendukung Cak Imin. Bila merujuk pada figur kiai yang juga melekat pada KH Marzuki, suara kiai Jatim jelas pecah, dengan komposisi Khofifah lebih unggul," ucap Ikbal kepada Alinea.id, Rabu (19/6).

Kyai Marzuki ialah mantan Ketua PWNU Jatim. Jelang Pilpres 2024, ia dipecat dari posisinya lantaran mendeklarasikan dukungan terhadap Cak Imin sebagai capres. Ketika itu, PBNU menyatakan tak mau masuk dalam pusaran politik praktis Pilpres 2024. "Orang mudah membaca bahwa KH Marzuki representasi Cak Imin," jelas Ikbal. 

Ikbal menilai peluang menang pasangan Risma-Marzuki akan lebih besar jika Risma diposisikan sebagai cagub. Menurut dia, kader-kader dan simpatisan PDI-P Jatim bakal jauh lebih militan jika kandidat gubernur berasal dari partai besutan Megawati Soekarnoputri itu. 

"Pemilih PKB lebih kuat terikat pada figur-figur di PKB, bukan terikat pada partai. Artinya, potensi suara grassroot PKB memilih calon lawan lebih besar daripada grassroot PDI-P. Grassroot PDI-P lebih loyal pada partai," kata Ikbal.

Analis politik dari Universitas Trunojoyo Madura, Iskandar Dzulkarnain berpendapat duet Risma-Marzuki bakal membuat pertarungan elektoral di Pilgub Jatim kian panas. Ia meyakini suara kalangan NU bakal terpecah jika Marzuki mencalonkan diri, entah sebagai cagub atau cawagub. 

"Figur Jawa Timur dengan massa dominan NU menjadi salah satu indikator utamanya. Bu Khofifah dan KH. Marzuki memiliki basis massa NU. Perebutan suara NU akan menarik ditunggu. Apakah untuk Kyai Marzuki sebagai mantan Ketua Tanfidziyah PWNU atau untuk Khofifah sebagai Ketua Muslimat NU," jelas Iskandar kepada Alinea.id.

Di antara Marzuki dan Risma, Iskandar melihat tak jadi soal siapa yang diposisikan sebagai cagub. Menurut dia, konstituen PDI-P dan kaum abangan di Jawa Timur akan cenderung memilih duet Risma-Marzuki ketimbang Khofifah Emil yang lebih mencerminkan representasi pemilih kalangan priyayi. 

"Risma dengan beragam prestasinya sebagai Wali Kota Surabaya tidak bisa diabaikan begitu saja ditambah suara PDI-P yang menguasai suara kaum abangan Jawa Timur. Emil apakah akan merebut suara priyayi? Belum tentu karena Khofifah sebagai menteri sudah masuk ke ranah priyayi," ucap Iskandar. 

Menurut Iskandar, hasil akhir Pilgub Jatim bakal sangat ditentukan oleh arah bandul suara warga NU. Kedua pasangan calon akan mati-matian memperebutkan dukungan dari kalangan Nahdliyin. "Sekarang kita tinggal menunggu suara santri NU mengarah ke mana?" tegasnya. 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan