Efek Presiden Joko Widodo (Jokowi) kurang diperhitungkan di pentas Pilgub DKI Jakarta. Meskipun masih berstatus presiden, sosok Jokowi tak kuat mempengaruhi pilihan politik warga DKI. Publik ibu kota lebih manut pada Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Survei Litbang Kompas yang dirilis beberapa hari lalu menunjukkan sebanyak 66,5% responden akan memilih calon yang didukung Prabowo. Sebanyak 63,5% responden mengaku bakal mengikuti pilihan Anies dan 63,5% responden ikut instruksi Ahok.
Sebanyak 61% responden menyatakan masih akan mempertimbangkan arahan Jokowi dan sebanyak 43,5% responden bakal mengikuti pilihan Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Jokowi biasanya jadi rujukan teratas bagi publik dalam menentukan pilihan politik.
Pengamat politik dari Institute for Digital Democracy (IDD) Yogyakarta Bambang Arianto menilai ada sejumlah faktor yang menyebabkan efek Jokowi memudar di Pilgub DKI Jakarta. Salah satu faktor ialah DKI bukan basis utama konstituen Jokowi.
"Meskipun dalam konteks nasional efek Jokowi bagus, tetapi untuk Jakarta Jokowi tidak bisa membumikan namanya dengan baik,” ujar Bambang kepada Alinea.id, Kamis (18/7).
Selain itu, sebagian publik DKI juga kecewa dengan cawe-cawe politik Jokowi di Pilpres 2024 dan pilkada. Lewat skandal di Mahkamah Konstitusi (MK), Jokowi dianggap memuluskan jalan bagi Gibran Rakabuming Raka, putra sulungnya, untuk jadi pendamping.
Saat ini Jokowi juga disebut-sebut sedang meng-endorse putra bungsunya, Kaesang Pangarep, untuk jadi salah satu kandidat di pilkada, baik di Pilgub DKI Jakarta atau di Pilgub Jawa Tengah. "Selain itu, ada juga luka lama dari kontestasi politik (Pilgub DKI) sebelumnya," ujar Bambang.
Pada Pilgub DKI 2017, Jokowi mendukung Ahok sebagai penerusnya di kursi Gubernur DKI. Namun, Ahok tersandung kasus dugaan penistaan agama. Walhasil, Jokowi pun terpapar sentimen negatif dari publik DKI lantaran dianggap melindungi Ahok.
Lebih jauh, Bambang menilai peran Jokowi sebagai "influencer" politik di ibu kota kini telah tergantikan oleh Prabowo selaku presiden terpilih. “Bisa dikatakan efek Prabowo mewakili Jokowi, ya. Tetapi, porsinya tidak besar,” ujar Bambang.
Analis politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat memandang wajar jika efek Jokowi kalah dengan efek Anies, Prabowo, dan Ahok. Ketiga figur itu relevan sebagai acuan politik di pentas Pilgub DKI Jakarta.
Anies selaku cagub yang sudah diusung resmi oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), sedangkan Ahok sebagai sosok yang masih diminati sebagian publik DKI sebagai kandidat cagub. Adapun Prabowo berpengaruh karena Prabowo-Gibran keluar sebagai pemenang Pilpres 2024 di kawasan DKI.
"Prabowo adalah pemeran utama dalam KIM (Koalisi Indonesia Maju) dan Anies direbutkan berbagai partai, tapi Ahok tidak mewakili kelompok apapun selain status mantan gubernur Jakarta," kata Cecep kepada Alinea.id.
Sama-sama sebagai mantan gubernur, Anies dan Ahok punya program dan kebijakan yang membekas di ingatan publik Jakarta. Selain itu, keduanya juga punya jejaring politik hingga ke akar rumput.
“Kombinasi itu semua membuat efek siapa yang paling besar. Terus kandidat siapa yang akan menang nantinya,” jelas Cecep.