close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Calon Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi dalam salah satu momen kampanye di Pilgub Sumut 2024. /Foto Instagram @edy_rahmayadi
icon caption
Calon Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi dalam salah satu momen kampanye di Pilgub Sumut 2024. /Foto Instagram @edy_rahmayadi
Politik
Jumat, 08 November 2024 13:55

Kenapa konstituen PDI-P ogah mendukung Edy-Hasan?

Meskipun berstatus sebagai petahana, pasangan Edy-Hasan ternyata tak diminati mayoritas warga Sumut.
swipe

Kader PDI-Perjuangan harus bekerja keras mendongkrak elektabilitas pasangan Edy Rahmayadi-Hasan Basri di Pilgub Sumatera Utara (Sumut) 2024 jelang pencoblosan. Meskipun berstatus sebagai petahana, pasangan Edy-Hasan ternyata tak diminati warga Sumut. 

Hasil survei Litbang Kompas yang dirilis Rabu (6/11) lalu menunjukkan tingkat keterpilihan Edy-Hasan hanya sekitar 28%. Pasangan penantang Bobby Nasution-Surya (Bobby-Surya) unggul telak dengan elektabilitas mencapai 44%. 

Dalam survei yang dilakoni pada periode 22-28 Oktober itu, sebanyak 48,9% konstituen PDI-P pada Pileg 2024 justru ogah memilih Edy-Hasan. Mereka justru kepincut Bobby-Surya. Hanya sekitar 29,8% konstituen PDI-P di Sumut yang manut dengan arahan parpol. 

PDI-P dan Hanura jadi dua parpol penghuni DPRD Sumut yang mendukung Edy-Hasan. Di Pileg 2024, PDI-P mengoleksi 21 kursi DPRD Sumut. Partai besutan Megawati Soekarnoputri itu terpaut 1 kursi dari Golkar yang mengumpulkan 22 kursi. Gerindra ada pada urutan ketiga dengan 13 kursi. 

Gerindra, Golkar, dan parpol anggota Koalisi Indonesia Maju (KIM) lainnya sepakat mengusung Bobby-Surya. Selain oleh KIM, pasangan itu juga diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Perindo. 

Di kubu Bobby-Surya, berbasis survei Litbang Kompas, hanya konstituen PKS yang "membelot". Sebanyak 50,6% konstituen PKS justru cenderung memilih Edy-Hasan. Yang mengaku mau memilih pasangan Bobby-Surya hanya sekitar 24,7%. 

Analis politik dari Universitas Medan Area, Sumatera Utara, Khairunnisa Lubis menyebut banyak pemilih PDI-P yang mengikuti arah politik Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dan mendukung Bobby-Surya. Bobby ialah menantu Jokowi. 

"Siapa pun asal masih dari lingkaran Jokowi. Alasan mereka agar program bansos makin banyak. Jokowi yang sempat menjadi kader PDI-P dan di Sumut sendiri banyak (konstituen PDI-P) yang mengambil langkah (mendukung Bobby), seperti (eks kader PDI-P) Maruarar Sirait," kata Nisah, sapaan akrab Khairunnisa, kepada Alinea.id, Kamis (7/10). 

Tak hanya dukungan parpol dan restu Jokowi, Bobby-Surya juga menggaet dukungan dari dari tokoh-tokoh politik. Belum lama ini, Maruarar Sirait alias Ara mengajak kelompok relawan yang ia bina mendukung Bobby-Surya di Pilgub Sumut. 

Menurut Nisah, kinerja Edy Rahmayadi yang buruk selama jadi Gubernur Sumut tidak terlalu menjadi perhatian pemilih PDI-P di Sumut. Faktor kekerabatan Bobby dengan Jokowi paling mempengaruhi preferensi politik pemilih di Sumut. Di lain sisi, mesin politik PDI-P juga tidak optimal menjaring pemilih di Sumut. 

"Elektabilitas calon PDI-P lebih unggul di DKI Jakarta dan Jawa Tengah karena lawannya bukan anak atau mantunya Jokowi. Undecided voters (berdasarkan sejumlah survei) di Sumut juga ternyata cukup tinggi," kata Nisah. 

Menurut Nisah, besarnya pemilih gamang terutama disumbang kalangan aparatur sipil negara (ASN). Banyak warga tidak berani menunjukkan pilihannya karena khawatir intervensi. "Jadi, ini pilkada rasa pilpres. Kalau pilpres, ada anaknya (Jokowi), di pilkada ini ada mantunya," ucap Nisah.

Direktur Riset Indonesian Political Studies (IPS), Arman Salam, menilai kinerja Edy yang buruk jadi salah satu penyebab Bobby-Surya bisa dominan di Pilgub Sumut. Dalam pertarungan pilkada, magnet figur lebih kuat dibanding ikatan partai pada pemilih. 

"Selain itu, cagub Bobby adalah menantu mantan presiden yakni Jokowi yang memiliki tingkat kepuasan yang tinggi dan tentu didukung oleh aneka instrumen, di antaranya sumber finansial dan jaringan serta kekuatan birokrasi maupun elit," kata Arman kepada Alinea.id, Kamis (7/10).

Di sisi lain, ia sependapat mesin politik PDI-P yang bekerja tidak maksimal juga menjadi salah satu penyebab dukungan terhadap Edy-Hasan melorot. Di Jateng, misalnya, Megawati turun langsung untuk membantu pemenangan Andika Perkasa-Hendy. 

"Tetapi, hal ini memang biasa dalam pertarungan pilkada, di mana partai-partai itu hanya syarat administrasi saja untuk mengusung pasangan," kata Arman.

 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan