close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump. /Foto Instagram @realdonaldtrump
icon caption
Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump. /Foto Instagram @realdonaldtrump
Politik
Selasa, 23 Juli 2024 12:11

Kenapa Trump murka saat Biden mundur dari arena Pilpres AS?

Joe Biden mundur dari pencalonan saat bandul simpati publik tengah mengayun ke arah Trump.
swipe

Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Joe Biden resmi mengundurkan dari dari kandidasi Pilpres AS 2024. Biden mengumumkan kemundurannya lewat sebuah surat resmi dan unggahan di  media sosial X. 

Biden berdalih ingin fokus menuntaskan pekerjaan-pekerjaannya seabagai presiden di sisa masa jabatannya. Ia juga mengumumkan bakal mendukung penuh Wakil Presiden AS Kamala Harris sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat. 

"Hari ini saya ingin menawarkan dukungan penuh dan endorsement untuk Kamala sebagai kandidat dari partai kita. Kaum Demokrat--saatnya bersatu dan mengalahkan Trump," tulis Biden di akun X terverifikasi, JoeBiden, Minggu (21/7). 

Biden saat ini terdeteksi mengidap Covid-19 dan dirawat di Delaware, AS. Sejumlah pakar menganggap Biden tak layak jadi kandidat presiden setelah penampilannya yang buruk di debat perdana Pilpres AS pada akhir Juni lalu. Ketika itu, Biden kerap terlihat seperti orang linglung saat menjawab pertanyaan. 

Diwawancara CNN hanya beberapa saat setelah mengetahui kabar mengenai mundurnya Biden, capres dari Partai Republik Donald Trump marah-marah. Ia menyebut sejak awal Biden memang tak pantas jadi kandidat presiden AS. 

"Dia (Biden) bakal tercatat sebagai presiden terburuk dalam sejarah negara kita," kata Trump. 

Tak hanya itu, Trump sesumbar Harris bakal lebih mudah ditekuk ketimbang Biden. Trump juga mengunggah kemarahannya di akun X, @realdonaldtrump. 

"Kita akan menderita karena pemerintahannya (Biden), tetapi kita akan segera memperbaiki kerusakannya secara cepat," kata Trump. 

Biden mundur dari arena Pilpres AS saat bandul simpati publik tengah mengayun ke arah Trump. Survei Telegraph yang dirilis beberapa hari lalu menunjukkan Trump bakal memenangi pemilu di lima swing state, yakni Arizona, Georgia, Michigan, North Carolina dan Pennsylvania. 

Kelima negara bagian itu lazimnya selalu diperebutkan oleh kandidat dari Partai Demokrat dan Republik pada setiap gelaran pilpres. Survei itu digelar tak lama setelah upaya pembunuhan Trump yang gagal di Butler, Pennsylvania. 

Sejumlah analis menilai Trump dongkol lantaran peluangnya untuk menang mudah terkubur setelah Biden mundur. Sebagaimana direkam sejumlah lembaga survei, Harris dianggap bakal jadi lawan tangguh bagi Trump ketimbang Biden yang telah berusia 81 tahun. 

Survei Ipsos yang digelar pada 16 Juli 2024, misalnya. Sigi itu menunjukkan Trump mengungguli Biden dengan elektabilitas 43% berbanding 41%. Namun, Trump imbang jika disandingkan dengan Harris. Keduanya sama-sama mengantongi 43%. 

Digelar pada periode 2-4 Juli 2024, survei yang dilakoni Bendixen & Amandi International untuk Politico menunjukkan Harris unggul ketimbang Trump jika keduanya berkompetisi di Pilpres AS. Harris mengantongi 42%, sedangkan Trump hanya meraup 41%. 

Dalam sebuah perbincangan di The View yang digelar tak lama setelah debat perdana Pilpres AS, eks Direktur Komunikasi Gedung Putih pada era Trump, Alyssa Farah Griffin mengatakan Trump mengetahui ia bakal menang jika berkompetisi dengan Biden. 

Itulah kenapa, kata Griffin, Trump tak benar-benar "mengeksploitasi"  buruknya performa Biden di debat perdana. Trump berharap Demokrat masih mempertahankan Biden sebagai kandidat presiden. 

"Tetapi dia takut terhadap Wakil Presiden Kamala Harris. Partai Republik jelas takut kepada Harris," kata Griffin. 

Analis politik dari Niskanen Center, Geoffrey Kabaservice mengapresiasi keputusan Biden untuk mundur dari pencalonan. Menurut dia, kemunduran Biden membuat publik AS terbebas dari "pertandingan ulang yang tak diinginkan siapa pun."

"Partai Demokrat kini punya kesempatan untuk menawarkan visi reformasi yang lebih genuine dan hasil yang lebih baik bagi seluruh warga negara Amerika," jelas Kabaservice seperti dikutip dari Politico.

Biden dan Trump adalah seteru di Pilpres AS 2020. Ketika itu, Trump dipecundangi Biden. Trump berdalih kalah karena pengaruh berita bohong yang disebar tim kampanye Biden, keberpihakan media, dan kriminalisasi terhadapnya. 

 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan