close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Jokowi-Ma'ruf sebelum Pilpres 2019/Foto Antara
icon caption
Jokowi-Ma'ruf sebelum Pilpres 2019/Foto Antara
Politik
Rabu, 25 Agustus 2021 15:32

Tingkat kepuasan atas kinerja Jokowi-Ma'ruf turun, Indikator: Harus bunyikan alarm

Burhanuddin bilang, presiden-wapres harus waspada dan bunyikan alarm karena kepuasan terhadap keduanya turun dibanding April.
swipe

Survei nasional Indikator Politik Indonesia menyatakan tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengalami penurunan 5% dari survei terakhir pada April 2021. Penurunan kepuasan terhadap Jokowi ini sangat dipengaruhi oleh pemberlakuan penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Survei dengan menggunakan wawancara tatap muka ini dilakukan pada 30 Juni sampai 4 Agustus 2021. Survei dilakukan dengan 1.220 responden yang dipilih secara acak dengan tingkat kepercayaan 95% dan margin of error 2,9%.

"Ada tren penurunan kepuasan terhadap Pak Jokowi. Saat survei dilakukan, itu dalam kondisi pemberlakuan PPKM. Jadi ada dampak PPKM terhadap penurunan kepuasan terhadap kinerja Presiden," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam rilis daring, Rabu (25/8).

Burhanuddin menjelaskan, secara umum tingkat kepuasan terhadap Presiden Jokowi sebesar 52% dan angka jumlah responden yang menyatakan tidak puas sebesar 31,4%. Menariknya, dalam survei yang sama tingkat kepuasan terhadap kinerja Wakil Presiden Ma'ruf Amin sangat rendah. Berbeda dengan Jokowi yang masih di atas angka 50%, kepuasan publik terhadap Ma'ruf Amin hanya sebesar 43, % dan jumlah ketidakpuasan sebesar 38,6%.

"Bagaimanapun, untuk Wapres ini kepuasannya sudah di bawah 50%. Ada pola di mana kepuasan terhadap Presiden lebih tinggi daripada Wapres. Ini masukan baik dari publik ya, mungkin publik minta agar Wapres lebih aktif lagi membantu Presiden. Saya kira Pak Ma'ruf Amin sudah bekerja tapi mungkin dari sisi frekuensi ataupun sosialisasi lebih banyak dilakukan lagi agar masyarakat tahu," ungkap Burhanuddin.

Di sisi lain, meski tingkat kepuasan terhadap Jokowi masih di atas 50%, namun mantan Wali Kota Solo itu harus tetap membunyikan alarm tanda bahaya. Pasalnya, kata Burhanuddin, angka 50% merupakan angka psikologis. Jika kepercayaan masyarakat berada di bawah itu, siapa pun presiden harus waspada.

"Presiden harus membunyikan alarmnya karena kepuasan terhadap beliau turun dibanding bulan April tapi alarm harus lebih kencang terutama terhadap Bapak Wakil Presiden," tegasnya.

Dari segi etnis/demografi, lanjut Burhanuddin, tingkat kepuasan dari kantong bukan basis pendukung Jokowi, jauh lebih rendah. Etnis Sunda misalnya, jumlah puas terhadap Jokowi hanya 45%. Adapun etnis Jawa masih tergolong puas terhadap Jokowi.

"Di Minang, puas 2,8 %. Hampir 100% tidak puas. Begitu juga Bugis dan Melayu. Penopang kepuasan datang dari etnis Jawa, Batak. Madura lumayan," beber dia.

Selanjutnya dari basis partai politik. Burhanuddin mengatakan, angka ketidakpuasan datang dari basis partai oposisi seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Demokrat. Di sisi lain, meski Gerindra sudah bergabung dengan pemerintahan Jokowi-Ma'ruf, namun basis pendukung partai ini masih banyak yang tidak puas dengan pemerintah.

"Dari kantong Gerindra lebih banyak yang tidak puas ketimbang puas. Puas 12,8%, tidak puas 59,1%. Pemilih PDIP lebih banyak puas ketimbang tidak puas yakni masing-masing 83% dan 14,2%," katanya.

Selanjutnya, PKS di mana kepuasan pendukungnya terhadap Jokowi-Amien hanya sebesar 18% dan tidak puas 80,1%. Diikuti partai Nasdem yang puas 64%, tidak puas 36%; Golkar puas 59,8%, tidak puas 39,2%; Demokrat puas 43,9%, tidak puas 54,6%; PAN puas 38,8%, tidak puas 58,3%; dan PKB 72,1% puas, dan 28,9% tidak puas.

img
Marselinus Gual
Reporter
img
Fathor Rasi
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan