close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sepakat membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), usai pertemuan di Rumah Heritage, Jakarta, Kamis (12/5/2022). Foto Twitter Airlangga Hartart
icon caption
Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sepakat membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), usai pertemuan di Rumah Heritage, Jakarta, Kamis (12/5/2022). Foto Twitter Airlangga Hartart
Politik
Kamis, 28 Juli 2022 18:24

Keseriusan KIB usung capres, pengamat: Hanya waktu yang bisa menjawab

Seharusnya KIB mengusung capres dan cawapres dari internal koalisi. Capres-cawapres bisa dipilih dari ketua umum (ketum) partai.
swipe

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai, keseriusan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dalam mengusung calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) akan terbukti sendirinya.

"Soal KIB serius atau tidak serius mengusung capres-cawapres internal, itu hanya waktu yang akan menjawab nanti," kata Ujang dalam keterangnya di Jakarta, Kamis (28/7).

Menurut Ujang, seharusnya KIB mengusung capres dan cawapres dari internal koalisi. Capres-cawapres bisa dipilih dari ketua umum (ketum) partai, seperti Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto atau Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Bisa pula dengan kombinasi dengan eksternal.

"Saya melihatnya memang mestinya siapa pun ketua umum parpol yang berkoalisi di KIB itu yang menjadi capres atau cawapres. Misalkan capresnya Airlangga, cawapresnya Zulhas. Atau kombinasi, capres di internal dan eksternal cawapres. Misalkan capres-nya Airlangga, cawapresnya eksternal, misalkan Ganjar atau siapa pun," jelasnya.

Ujang mengatakan, koalisi yang baik adalah koalisi partai yang mengutamakan kader internal dalam upaya memenangkan Pilpres 2024. "Itu baru koalisi yang baik dan bagus karena mengutamakan kader atau ketua umum parpol-nya untuk bisa menjadi capres maupun cawapres," ungkapnya.

Selain itu, Ujang menekankan pentingnya hal itu dilakukan KIB, menimbang harga diri partai dan perolehan suara karena pengaruh sosok yang diusung dalam kontestasi.

"Karena ini terkait harga diri partai. Bagaimanapun efek ekor jas itu penting bagi partai politik. Kalau capres-nya orang lain, cawapres-nya juga orang lain dari eksternal semua, itu rugi semuanya, bagi Golkar, PAN, maupun PPP," tegasnya.

Jika capres-cawapres berasal dari calon lain, kata Ujang, bisa jadi tidak akan membawa pengaruh signifikan bagi partai anggota koalisi. "Rugi karena kemungkinan kalau calon lain bukan kadernya, apalagi kader partai lain tidak akan membawa efek ekor jas bagi partai di KIB," tuturnya.

Menurut Ujang, Golkar akan konsisten mengusung Airlangga dalam Pilpres 2024 melalui kendaraan KIB. Apalagi jika sudah mendapat restu dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan eks Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).

"Kalau ada restu dari Pak Jokowi, ada restu dari Pak JK, tentu bagus. Itu penting bagi Pak Airlangga. Karena Pak Airlangga bagaimanapun sudah ditetapkan sevagai capres dari Partai Golkar dalam munas dan dikuatkan dalam rapimnas," pungkasnya.

img
Marselinus Gual
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan