Kongres ke V PAN di Kendari, Sulawesi Tenggara berlangsung sejak Senin (10/2). Salah satu agenda penting dalam kongres tersebut adalah pemilihan ketua umum PAN periode 2020-2025.
Empat kandidat resmi mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum PAN, yakni petahana Zulkifli Hasan (Zulhas), Wakil Ketua Umum PAN Mulfachri Harahap, Wakil Ketua Dewan Kehormatan Drajad Wibowo, dan mantan Menteri Apratur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Asaman Abnur.
Menurut Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI), Ade Reza Hariyadi, empat nama tersebut merupakan kader terbaik PAN. Di tangan keeempat kandidat inilah, nasib PAN dipertaruhkan.
Namun tampaknya hanya dua nama yang akan bersaing dalam kontestasi internal PAN ini, mereka adalah Zulhas dan Mulfachri.
"Kemungkinan besar akan head to head antara Pak Zulhas dan Pak Mulfachri. Tetapi kalau kekuatan berimbang, dua kandidat yang lain akan menjadi kuda hitam yang berperan signifikan memenangkan salah satu yang head to head tersebut," kata Ade saat dihubungi Alinea.id, Selasa (11/2).
Keduanya memiliki modal besar sebagai petarung nyata dalam merebutkan kursi nomor satu di partai berlogo Matahari itu.
Seperti diketahui Zulhas merupakan petahana. Zulhas mempunyai kekuatan besar untuk memobilisasi kader PAN dan menguasai infrastruktur partai tersebut. Apalagi, kongres V PAN Kendari ini juga diselenggarakan oleh Zulhas.
"Ini menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan di dalam konstelasi perebutan kursi ketua umum dalam periode kali ini," terang dia.
Sedangkan Mulfachri memiliki kekuatan besar, lantaran mendapatkan dukungan dari Ketua Dewan Kehormatan Partai sekaligus pendiri PAN, Amien Rais. Bagi Ade, hingga sekarang patronase politik Amien dalam mendukung kandidat tidak bisa diremehkan.
Kendati sudah sangat senior, figur Amien masih sangat berpengaruh di dalam perpolitikan internal PAN. Peran Amien masih dominan dalam menentukan sikap politik partai ini.
"Indikatornya sederhana, pada saat pemilihan presiden (pilpres) kemarin, pengaruh Pak Amien cukup besar," ujarnya.
Memang di dalam proses kongres hari pertama, aroma perlawanan Mulfachri terhadap Zulhas sangat terlihat. Ketika kubu Asman Abnur dan Drajad terkesan cair, riak datang dari kubu Mulfachri.
Antara kubu Mulfachri dan Zulhas sempat terjadi ketegangan. Kubu Mulfachri menuding Zulhas melakukan sabotase susunan acara Kongres V dengan tidak meniadakan agenda sambutan. Hal itu kemudian dibantah kubu Zulhas.
Ketegangan semakin menjadi-jadi lantaran ada dugaan perampasan sejumlah komputer jinjing panitia kongres oleh kubu Mulfachri.
Mengenai hal ini, Ade menganggap sebagai situasi yang wajar. Dua kekuatan besar saling ribut, tetapi tidak ada potensi perpecahan di dalamnya.
"Kalau dinamika terkait kongres saya kira akan cukup kompetitif. Tetapi saya belum melihat indikasi akan menjurus kepada polarisasi yang kemudian bisa menghasilkan perpecahan. Jadi kalau awal-awal saling ribut, saya kira itu biasa, karena PAN bukan partai baru dan partai kecil," urai Ade.
Perpecahan di suatu partai biasanya terjadi, lantaran di dalam sebuah kompetisi politik terdapat justifikasi bersifat ideologi. Hal itu tidak pernah terlihat di dalam setiap kontestasi ketua umum PAN.
Apalagi dalam kongres kali ini yang bertarung memiliki kekerabatan yang kuat. Diketahui, Amien Rais selaku pendukung Mulfachri adalah besan dari Zulhas. Fenomena inilah yang bisa menjadi faktor katalis, bahwa kongres PAN akan berjalan mulus tanpa ketegangan yang berlarut-larut.
"Intinya tidak ada faksi ideologis di situ. Tidak ada satu justifikasi yang bersifat ideologis, mengapa satu sama lain berbeda dan memiliki orientasi politik berbeda," lanjut dia.
Pengaruh ke pilkada
Salah satu yang akan menjadi tantangan jangka pendek kepengurusan PAN 2020-2025 adalah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020. Akan tetapi, kata Ade, hasil kongres ini tidak berpengaruh cukup signifikan terhadap semua strategi dan rekomendasi PAN.
Jika memang ada ketua umum baru, PAN masih bisa meninjau kembali atau mengkalkulasikan kendali terhadap kebijakan pilkada yang mungkin telah dibuat oleh kepengurusan PAN periode sekarang.
"Saya tidak tahu apakah proses internal sekarang sudah ada rekomendasi final. Tetapi memang kalah itu sudah keluar dan yang memenangkan bukan yang mengeluarkan rekomendasi, saya kira masih ada waktu yang cukup untuk meninjau ulang dan membuat kalkulasi kendali terhadap kebijakan pilkada," papar dia.
Sekalipun riak-riak muncul dalam kongres, PAN masih bisa membangun kekuatannya untuk pilkada. Pasalnya, mereka bukan partai baru dan kecil, mereka cukup berpengalaman dalam hal ini.
Hal yang menarik justru bagaimana relasi antara PAN dan pemerintah ke depan. Siapun yang menjadi ketua umum, besar kemungkinan PAN akan lebih mempertimbangkan untuk bergabung ke dalam pemerintahan.
"Kalau kita lihat secara real politik ini kan PAN tidak pernah berada di luar pemerintahan. Sebagai parpol menengah yang memerlukan akses dan sumber daya politik yang cukup besar. Saya kira itu pertinbangannya," papar Ade.