close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (tengah) bersama keluarga berfoto setelah berpidato dalam malam kontemplasi di Pendopo Puri Cikeas, Bogor, Senin (9/9). / Antara Foto
icon caption
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (tengah) bersama keluarga berfoto setelah berpidato dalam malam kontemplasi di Pendopo Puri Cikeas, Bogor, Senin (9/9). / Antara Foto
Politik
Selasa, 10 September 2019 00:32

Kontemplasi, SBY ajak dukung Jokowi

Pidato kontemplasi SBY digelar sekaligus merayakan ulang tahun ke-70 dan peringatan 18 tahun Partai Demokrat.
swipe

Pidato kontemplasi SBY digelar sekaligus merayakan ulang tahun ke-70 dan peringatan 18 tahun Partai Demokrat.

Presiden keenam Republik Indonesia (RI), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan sejumlah harapan kepada Presiden Jokowi saat membacakan Pidato Kontemplasi di kediamannya, Puri Cikeas, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (9/9) malam.

"Melalui mimbar kecil di Cikeas ini, saya menitipkan harapan kepada Bapak Presiden Jokowi beserta jajaran pemerintahan yang beliau pimpin," ujarnya di hadapan para tamu undangan peringatan hari ulang tahun SBY ke-70 dan hari jadi Partai Demokrat ke-18.

Salah satu harapannya, yaitu memasukkan materi kontemplasi yang SBY sampaikan malam itu untuk melengkapi agenda, kebijakan, dan langkah tindakan yang diambil oleh negara dan pemerintahan Jokowi di periode kedua.

"Saya tahu, membangun nilai dan perilaku menuju terciptanya masyarakat yang baik, bangsa yang baik, dan negara yang baik, adalah merupakan agenda berkesinambungan. Dari satu pemimpin ke pemimpin berikutnya, dan dari satu generasi ke generasi yang lain. Namun, semuanya harus dimulai dari sekarang," kata Ketua Umum Partai Demokrat itu.

Menurutnya, masyarakat telah memberikan mandat kepada Jokowi untuk memimpin Republik Indonesia kedua kalinya. Maka, pada kesempatan itu SBY mengajak masyarakat melalui pidatonya untuk mendukung Jokowi dalam mengemban amanah.

"Saya selaku pribadi dan pemimpin Partai Demokrat, saya mengajak saudara-saudara kami rakyat Indonesia, untuk memberikan kesempatan dan dukungan kepada pemimpin dan pemerintahan yang baru, agar sukses dalam mengemban amanah rakyat," ujar SBY.

Ia mengakui bahwa membangun bangsa dan negara buka merupakan pekerjaan sekali jadi dan instan. Sehingga, diperlukan waktu yang panjang, serta ikhtiar yang peelu dilakukan secara terus menerus.

"Tak ada perjalanan dan pembangunan bangsa yang bebas dari rintangan, termasuk dinamika dan pasang surutnya. Karenanya, kita harus bersabar, tak putus asa dan lekas menyerah. Namun, kita harus sungguh gigih, dan bekerja sekuat tenaga," tuturnya.

Mantan presiden dua periode sejak 2004-2014 itu juga mencermati melemahnya rasa persaudaraan di antara komponen bangsa beberapa tahun terakhir.

"Terus terang tahun-tahun terakhir ini kasih sayang dan rasa persaudaraan melemah sementara kebencian, jarak dan permusuhan di antara komponen bangsa menguat," kata SBY.

Presiden keenam RI itu mengatakan fenomena ini merupakan lampu kuning bagi bangsa Indonesia serta merupakan fenomena dan arus buruk yang membahayakan masa depan masyarakat dan bangsa.

Dia mengatakan semua komponen bangsa harus mengambil tanggung jawab untuk menghentikan dan mengembalikan fenomena tersebut kembali ke arah yang benar.

Menurut dia, tidak ada resep yang baik untuk menjaga kerukunan kecuali secara sadar diperkuat dua nilai fundamental yakni rasa kasih sayang dan rasa persaudaraan di antara sesama anak bangsa.

Wins take all

Sementara itu, sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat, SBY mengatakan prinsip the winner takes it all dalam politik seringkali tidak cocok dengan bangsa yang majemuk.

Awalnya, SBY mengatakan para pendiri republik menggariskan suatu cita-cita besar untuk membangun masyarakat dan bangsa yang adil dan makmur.

Menurut SBY, nilai dan perilaku kehidupan penting yang mesti dianut bagsa ini adalah berikhtiar seraya bergandengan tangan, agar bisa makmur bersama-sama. "Kalau semua makmur, semua sejahtera, rasa keadilan akan datang dan bersemi di negeri ini," kata dia.

Ia mengatakan secara realistik kemakmuran dan kesejahteraan rakyat tercipta apabila yang miskin semakin berkurang, dan ketimpangan sosial ekonomi tidak semakin menganga. "Yang kaya mesti ingat yang miskin, dan yang kuat mesti ingat yang lemah," ujar dia.

Sementara itu, kata dia, di arena kehidupan politik, ada pula yang harus dijaga secara bersama.

Ia menekankan esensinya ke depan, politik di Tanah Air harus makin menjadi politik yang baik bagi bangsa yang majemuk, yang juga menganut sistem demokrasi multi partai.

Dia mengatakan politik bangsa harus semakin guyub, inklusif, dan teduh. Menurut dia, demokrasi tak harus selalu diwarnai dan diselesaikan dengan one person one vote, tapi juga ada semangat yang lain.

"Kompromi dan konsensus yang adil dan membangun bukanlah jalan dan cara yang buruk. Prinsip the winner takes it all yang ekstrem, seringkali tidak cocok dengan semangat kekeluargaan dan keterwakilan bagi masyarakat dan bangsa yang majemuk," ujar SBY.

Ia berpandangan nilai-nilai dan perilaku kehidupan seperti itulah, yang mesti dibangun dan dimekarkan di negeri ini.

"Jika sungguh kita lakukan, insya Allah, kita akan benar-benar bisa menghadirkan masyarakat yang baik, ekonomi yang baik dan politik yang baik," kata dia.

Lebih jauh dia mengajak seluruh pihak sungguh gigih, dan bekerja sekuat tenaga, agar Indonesia semakin maju dan berjaya di masa depan.

Pidato Kontemplasi SBY itu disampaikan disela rangkaian HUT ke-18 Partai Demokrat, HUT ke-70 SBY dan acara 100 hari wafatnya Ani Yudhoyono. Dalam kesempatan itu hadir fungsionaris dan kader Demokrat, kerabat serta kolega SBY. (Ant)

img
Sukirno
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan