Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan Juri Ardiantoro menegaskan, tuntutan massa Aksi 411 agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) mundur dari jabatannya sangat absurd dan tidak berdasar.
"Tuntutan ini selalu mereka sampaikan secara berulang-ulang. Ini menandakan bahwa tuntutan itu sangat absurd, tidak berdasar, dan tidak nyambung dengan kebutuhan masyarakat," ujar Juri kepada wartawan di gedung Bina Graha Jakarta, Jumat (4/11).
Rombongan massa aksi 411 long march dari Masjid Istiqlal ke kawasan Patung Kuda, Thamrin, Jakarta Pusat. Mereka juga menuntut berorasi di depan Istana Merdeka.
Massa tampak membawa sejumlah poster dan spanduk, salah satunya bergambar Habib Rizieq Shihab. Mereka juga menyerukan yel-yel hingga memekikkan takbir.
Juri mengatakan, saat ini masyarakat tahu bahwa pemerintah sedang bekerja keras untuk menyelesaikan pandemi Covid-19, dan mengantisipasi berbagai dampak masalah akibat persoalan global. Seperti krisis pangan, energi, dan krisis keuangan global. Saat yang sama terus melanjutkan program program prioritas nasional untik membawa kemajuan Indonesia lebih cepat.
"Jadi kalau tuntutannya Presiden Jokowi mundur, sudah pasti tidak akan dihiraukan oleh masyarakat dan dianggap hanya membuat kegaduhan saja," ujar Juri.
Ketua KPU RI 2016-2017 ini menilai, aksi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang mengatasnamakan Gerakan Nasional Pembela Rakyat (GNPR) tersebut, sebenarnya sebuah konsolidasi politik berbalut demonstrasi, yang sangat kontraproduktif dan tidak mendidik masyarakat.
"Ini bentuk konsolidasi politik yang dilakukan di jalanan. Sebaiknya konsolidasi dilakukan dengan mencari dukungan politik. Berikan hal-hal yang baik dan dibutuhkan oleh masyarakat, bukan dengan memanfaatkan moment-moment seperti ini yang justru menggangu kepentingan masyarakat," pungkas Juri.