close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kondisi bangunan wisma atlet yang terbengkalai di bukit Hambalang, Citeureup, Kabupaten Bogor Jabar, Rabu (30/3/2016). Foto Antara/Yulius Satria Wijaya.
icon caption
Kondisi bangunan wisma atlet yang terbengkalai di bukit Hambalang, Citeureup, Kabupaten Bogor Jabar, Rabu (30/3/2016). Foto Antara/Yulius Satria Wijaya.
Politik
Kamis, 25 Maret 2021 15:40

Kubu Moeldoko: Inilah Hambalang, awal masalah besar Demokrat

Pendiri Demokrat sebut Hambalang penyebab elektabilitas partai merosot.
swipe

Pendiri Partai Demokrat yang juga pendukung Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat Deli Serdang, Max Sopacua, menilai bahwa salah satu faktor penyebab runtuhnya elektabilitas partainya karena kasus korupsi pembangunan Sport Center Wisma Atlet Hambalang, Bogor, Jawa Barat.

"Tempat inilah, proyek inilah adalah salah satu bagian yang merontokkan elektabilitas Partai Demokrat ketika peristiwa (korupsi) itu terjadi," kata Max, saat konfrensi pers dari Wisma Atlet Hambalang, yang disiarkan KompasTV, Kamis (25/3).

Atas dasar itu, Max dan Darmizal cs yang mendukung kepengurusan Moeldoko dengan menggelar konfrensi pers pada Kamis (25/3) siang. Max menilai, terdapat sejumlah kader yang tidak terseret dalam pusaran kasus rasuah Hambalang. Hal itu pula, menurutnya, pangkal praha partai berlambang mercy tersebut.

"Di sini lah kami ingin membuka bahwa inilah Hambalang, awal pertama terjadinya masalah besar yang terjadi bagi Partai Demokrat. Mudah-mudahan dari tempat ini, kami serukan kepada lembaga hukum, dalam hal ini KPK, untuk menindaklanjuti apa yang belum dilanjutkan," seru Max.

Hanya saja, Max enggan menyebutkan detail para pihak yang diduga menikmati hasil rasuah Wisma Atlet Hambalang. Namun, dia menekankan agar para pihak tersebut dapat diadili.

"Jangan dibiarkan orang lain menderita dan jangan biarkan orang lain berpangku tangan senang-senang, malah sebagai raja nanti di Partai Demokrat," ujar Max.

Lebih lanjut, Max berujar bahwa elektabilitas Partai Demokrat kerap mengalami kemerosotan tiap tahunnya sejak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak menjadi Presiden Republik Indonesia.

"Kami tahu bahwa ini adalah bagian integral dari sejarah yang menentukan bagaiamana Partai Demokrat itu mulai pelan-pelan turun (elektabilitasnya), dari mulai 20,4% menjadi 10,2%, dan 7,3%. Itu berturut turut. Saya pelaku sejarah," pungkas Max.

img
Achmad Al Fiqri
Reporter
img
Fathor Rasi
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan